Minggu, 06 Juni 2010

Basuki, Melihat denganMata Hati

Basuki tak menyadari ketika kemampuan penglihatannya terus berkurang. awalnya ia mengalami miopia atau rabun jauh, hingga minus 5,5 pada kelas V SD. Setelah itu angka minus tersebut terus bertambah hingga minus 11 pada tahun 2002. Dua tahun kemudian matanya benar-benar tidak berfungsi. Ternyata apa yang dialami Basuki itu juga menimpa banyak anak-anak lain.

BASUKI

Lahir : Semarang, 10 April 1972
Istri : Evi S Handayani (37)
Anak : - Adzulatih 'Alal Mu'minina (13)
- Mohammad Salim Ridho (12)
- Latifah Putri Hening Hati (10)
- Zahrofiqulu Bina (8)
Pendidikan : - SMP Negeri 19 Semarang
- SMA Negeri 3 Semarang
- Pendidikan Fisika IKIP Semarang (kini Universita Negeri Semarang,
tak tamat)
- D-1 Institut Manajemen Komputer Akuntansi
Pekerjaan : - Pendiri Lembaga Sumber Daya Insani
- Reparasi dan perakitan komputer
- Penggagas dan Ketua Komunitas Sahabat Mata.

Oleh AMANDA PUTRI NUGRAHANTI

Dahulu, Basuki bercerita, ia tidak menyadari bahwa kelainan matanya akan berujung pada kebutaan. Secara bertahap, mata kirinya tidak berfungsi, kemudian diikuti mata kanan. Meski sudah dioperasi dan sempat dapat melihat, Basuki akhirnya harus kehilangan penglihatannya.
Pengalaman itu yang kemudian menggerakkan Basuki, warga Jatisari, Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk membantu anak-anak yang menderita kelainan mata sejak dini. seringkali orang tua atau guru tidak menyadari perubahan perilaku anaknya atau siswanya.
"Anak-anak yang suka menonton televisi terlalu dekat, misalnya, hanya disuruh menjauh, atau siswa yang suka maju kedepan ketika mencatat juga tidak begitu diperhatikan oleh guru. Padahal, masalah mereka bisa jadi lebih serius," kata Basuki di Kota Semarang, awal November lalu.
Atas dasar itulah, Basuki membentuk Komunitas Sahabat Mata di Kota Semarng. Komunitas ini sejak tahun 2007 menargetkan pembagian 1.000 kacamata untuk anak-anak. Dua tahun lebih berjalan, sudah 450 kacamata dibagikan di sekolah-sekolah untuk anak-anak yang memiliki masalah penglihatan, tetapi tidak mampu membeli kacamata.
Awalnya, ketika komunitas ini menawarkan bantuan kacamata ke sekolah-sekolah dengan mengirimkan surat, tidak ada satupun yang menanggapi.
"Mungkin mereka berpikir kami meminta sumbangan. Padahal tidak sama sekali, kami justru ingin membantu," tuturnya.
Setelah beberapa kali komunitas ini mengadakan pentas teater sebagai penggalangan dana, semakin banyak orang tahu tujuannya. Respons mulai bermunculan, tak hanya dari pemberi bantuan, tetapi mereka yang meminta bantuan pun semakin banyak.
Komunitas Sahabat Mata kemudian memiliki rumah sehat yang dapat didatangi siapa saja, selain 2net Solution Centre yang memfasilitasi aneka kebutuhan para penyandang tunanetra.Kebutuhan itu tak hanya kacamata, tetapi meliputi alat tulis, pendampingan di sekolah inklusi hingga kebutuhan komputer dan internet.

Ubah citra

Di rumah sehat, penyandang tunanetra dapat belajar berbagai hal, mulai dari soal kewirausahaan hingga belajar menggunakan internet. Jika selama ini penyandang tunanetra identik dengan tukang pijat atau pemusik, citra itu yang hendak diubahnya.
"Penyandang tunanetra harus mandiri, sama seperti teman-teman yang awas (memiliki penglihatan normal). Mereka juga harus bisa mengembangkan potensi yang dimiliki untuk bertahan, sama seperti orang lain," kata Basuki, yang hingga kini menerima pesanan komputer rakitan atau servis komputer di rumahnya.
Istrinya, Evi S Handayani, yang ikut membantu dalam 2net Solution Centre, tengah menampingi anak-anak yang ingin menjadi penyiar radio serta penulis novel. dengan peranti lunak tertentu (program jaws), akses informasi bagi para penyandang tunanetra kian terbuka.
Basuki bersyukur, saat kehilangan kemampuannya melihat, dia tidak diterima di sebuah panti di Temanggung karena sudah penuh. Mungkin, saja, tambahnya, kalau jadi masuk panti tersebut, dia tidak akan bisa mandiri.
"Model seperti panti atau semacam itu justru membuat para penyandang tunanetra menjadi sosok yang harus dikasihani. Padahal kami menginginkan perlakuan yang sama," ungkapnya.
Kerap terjadi, ketika Basuki memasuki sebuah toko untuk membeli sesuatu, penjualnya justru memberinya uang Rp.1.000,- Wwaktu berkunjung ke kantor pemerintah, dia malah diusir karena dikira hendak meminta sumbangan


Kesetaraan

Komunitas ini pun membangun kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan kesetaraan itu. Ada dua sekolah dan satu universitas swasta di Kota Semarang yang bersedia menerima penyandang tunanetra, atau menjadi sekolah inklusi. Mereka tak dibedakan dalam proses pembelajaran. Ini sedikit demi sedikit membangun kepercayaan diri penyandang tunanetra.
Namun, pemerintah seperti tak serius dalam memperhatikan penyandang difabel. Untuk pendataan saja, saat Basuki bertanya jumlah penyandang tunanetra di Jawa Tengah, disebutkan sebanyak 78.000 orang pada 2007. Namun, tahun 2008 jumlahnya tiba-tiba menyusut menjadi 28.000 orang, lalukemana 50.000 orang penyandang tunanetra yang lain?
"Terlepas dari soal jumlah, bagi saya yang paling penting kita bisa berbuat sesuatu. Siapa saja yang ingin bergabiung, kami terbuka," kata Basuki, yang dilingkungan tempat tinggalnya ikut kegiatan ronda.
Setiap pemeriksaan mata di berbagai sekolah, tim permata (tim pemeriksa mata) memeriksa anak-anak dan hasilnya direkomendasikan kepada pihak sekolah. Dari rekomendasi ini sekolah memutuskan siapa yang layak mendapat bantuan.
Dana untuk pengadaan kacamata didapat dari para donatur dan hasil pementasan teater yang juga dimainkan oleh para tunanetra. Dengan adanya kacamata, setidaknya kelainan mata dapat diatasi sedini mungkin.
Ayah empat anak itu menjelaskan, ketika mata mengalami kelainan dan tak segera diatasi, daya akomodasi mata akan terganggu karena terus menerus dipaksa, akibatnya, kerusakan mata itu makin parah dan bisa berdampak kebutaan.
Dengan komunitas Sahabat Mata, Basuki ingin membuktikan bahwa tunanetra tak minta dikasihani. Mereka hanya ingin mendapat perlakuan setara, sama seperti orang "awas" yang lain. Komunitas ini juga menolong orang lain dalam keterbatasan mereka.
Sebaliknya, Komunitas Sahabat Mata juga mendapat bantuan dari teman-teman "awas" berupa Al Quran braille. Sebanyak 83 set Al Quran braille seharga Rp.1,65 juta per set telah disalurkan melalui komunitas ini.
Ke depan Basuki akan terus berjuang menolong anak-anak mendapatkan kacamata secara gratis. Jika target 1.000 kacamata tercapai, masih ada target berikutnya yang akan diraih.
Ia berharap, dengan demikian, anak-anak dapat menjaga matanya sejak dini. Basuki berpesan agar anak-anak tak terlalu banyak menonton televisi, bermain game, atau melihat hal-hal buruk dan tidak mendidik. Tak hanya mata fisik, mata hati pun harus dijaga.

Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 24 NOVEMBER 2009

2 komentar:

  1. Hai, Kang Bas… Ahyar dan Kunadi (teman di Nuansa dulu & sekarang di Suara Merdeka) mengabarkan kepada saya tentang dirimu. Saya masih ingat sekretaris Koran Kampus Nuansa IKIP Semarang dulu, anak muda penuh energi berkaca mata minus tebal, cerdas, memiliki sense of humor yang tinggi, khusuk dalam beribadah dan selalu menepati dead line, hemm, kini benar-benar buta. Tapi saya, sungguh!, tidak benar-benar bersedih karena sahabat terbaik saya itu terlah berjuang untuk banyak orang dengan cahaya mata hatinya.

    Saya saya sangat rindu padamu setelah kurang lebih 13 tahun tidak bertemu. Saya sangat yakin, bahwa dalam diri seorang yang penuh potensi, dia tidak akan terbatasi oleh kondisi fisik. Dia akan terus bergelora dengan visi hidupnya, dengan cita-cita dan idealimenya. Langit akan tetap memberi tempat kepada bintang yang memiliki cahaya terang dan bumi akan menatap cahaya itu dengan penuh pesona.

    Kau adalah sebuah tanda, kau adalah sebuah pegangan bagi sesama. Tuhan selalu mengirim cahaya untuk dunia melalui orang-orang yang memiliki mata hati, dan engkau adalah yang dipilih oleh Tuhan untuk itu.

    Semoga Allah selalu menjagamu, semoga malaikat yang putih bersih selalu menuntunmu untuk menikmati cahaya suci yang melesat dari sayap-sayapnya yang indah, dan dari situ engkau mampu memendarkan cahaya suci itu untuk menerangi mereka yang membutuhkan kehadiranmu.
    Selalu semangat, salam untuk istrimu, anak-anakmu, dan orang-orang di sekitarmu.

    Sahabatmu yang tetap bangga sejak dulu,

    — Mas Jimat—

    BalasHapus
    Balasan
    1. Om Jim, sungguh saya terharu membaca komentar om. Sungguh meneteskan air mata membaca komentar om Jim. Oh ya, salam kenal om, saya Latifah anak ketiga pak Bas :)

      Sungguh, saya tersentuh membaca komentar om Jim. Saya mewakili ayah dan keluarga(yang sudah membaca komentar om, dan tersenyum)juga berdo'a untuk om.

      Semoga om Jim selalu dalam lindunganNya, termasuk orang orang yng diridhoi Allah swt.
      Semoga malaikat kecil selalu menjaga om Jim, malaikat 'kecil' utusanNya, yang membawa segenap ridho dariNya, membawa dari 'surga' untuk om.

      Salam balik ya om, untuk orang orang terdekat. Semoga Allah memberkati.

      -Latifah-

      Hapus