Rabu, 06 November 2013

Muhammad Arif Kirdiat: Membangun Jembatan untuk Bangsa

MUHAMMAD ARIF KIRDIAT
Lahir: Jakarta, 19 Agustus 1977
Pendidikan:
- S-1 Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten
- S-2 Strategic Studies Nanyang Technological University, Singapura
Istri: Isma Aisiyah
Anak:
- Helvy Nadia
- Muzammi Ghiffar
- Muzaffar Ramadhan
Karier:
- Bekerja di Petrokimia Banten, 2005
- Mendirikan agen perjalanan, 2005
- Manajer Citilink Makassar, 2009
- Mendirikan agen perjalanan Banten Adventure, 2009-kini
Aktivitas:
- Koordinator Relawan kampung
- Ketua Paguyuban Pariwisata Banten

Awalnya, pria ini sering mendapati kenyataan memalukan sekaligus memilukan saat menjelajahi pelosok Provinsi Banten untuk mengantar para turis asing berwisata di kawasan itu. Lelaki ini, Muhammad Arif Kirdiat, adalah pemilik usaha tur dan "travel:.

OLEH DAHLIA IRAWATI

Kenyataan yang dia temukan adalah banyaknya jalan yang rusak, jembatan-jembatan berbahaya yang masih menjadi gantungan warga untuk menjalani kehidupan sehari-hari, dan bangunan sekolah rusak yang bisa membahayakan keselamatan para siswa.
   Berangkat dari kenyataan itulah, Muhammad Arif Kirdiat (36) bertekad untuk melakukan sesuatu bagi warga Banten yang membutuhkan.
   Dia lalu mengajak teman-temannya berhimpun dan berusaha mencari dana guna membangun jembatan, jalan, ataupun bangunan sekolah yang dibutuhkan hampir sebagian besar warga di berbagai pelosok Banten.
   "Kami berprinsip menyalakan 'lilin' lebih baik daripada hanya mencaci 'kegelapan'. Itu sebabnya, daripada hanya berdemonstrasi atau cuma menghujat, kami memilih langsung berbuat sesuatu yang nyata untuk masyarakat," tutur Muhammad Arif Kirdiat, koordinator Relawan Kampung.
   Relawan Kampung adalah organisasi sosial yang fokus dalam membantu masyarakat membangun jembatan rusak di daerahnya. Relawan Kampung didirikan Arif, nama panggilan Muhammad Arif Kirdiat, dengan beberapa koleganya, baik wartawan, bankir, maupun karyawan swasta lainnya, pada 2009.
   Relawan Kampung bersifat "cair" sehingga   Arif mengaku tidak pernah tahu berapa jumlah pasti anggotanya. Namun, satu hal pasti, mereka bertekad "mengerjakan" tugas-tugas yang tidak dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Banten, seperti memperbaiki jalan, jembatan atau sekolah rusak yang banyak tersebar di pelosok Provinsi Banten.

Banyak pihak

   Dana untuk membangun jembatan atau sarana infrastruktur lain tersebut berasal dari sokongan banyak pihak. Semua bantuan itu dia kumpulkan melalui jejaring sosial atau melalui kontak pribadi dengan kolega dan kenalan para anggota Relawan Kampung.
   "Kami hanya ingin melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah, tetapi tidak dilakukan pemerintah. Ini merupakan bentuk protes dan sindiran kami kepada pemerintah yang tidak bisa mengurus warganya," tutur Arif yang berkantor di Jalan Penancangan, Kota Serang, Banten.
   Meski sudah berusia 13 tahun, di mata anggota Relawan Kampung, pembangunan di Provinsi Banten bisa dikatakan masih jauh tertinggal.
   Proses kerja yang dilakukan Arif, suami dari Isma Aisiyah tersebut, biasanya dimulai dengan mengunggah foto-foto jembatan, jalan, atau bangunan sekolah yang rusak di jejaring sosial. Dengan demikian, dia berharap semakin banyak orang yang tahu kondisi sebenarnya di sebagian lokasi wilayah Provinsi Banten.
   Setelah Arif mengunggah foto-foto tentang kondisi infrastruktur di Provinsi Banten itu, biasanya akan memunculkan berbagai tanggapan dari banyak orang di sejumlah tempat.
   "Mereka yang memiliki kegelisahan yang sama dengan Relawan Kampung kemudian akan menanggapi, lalu mengontak kami," ujar Arif tentang sukarelawan dan donasi yang diperoleh Relawan Kampung untuk membangun berbagai infrastruktur di Provinsi Banten.

Penghubung

   Pekerjaan pertama yang dilakukan Relawan Kampung adalah membangun jembatan gantung yang rusak di Desa Wisata Sawarna pada 2009. Masyarakat setempat sudah mengenal Arif sebelumnya karena dia sering menemani wisatawan ke lokasi tersebut.
   Di sini masyarakat setempat yang menghubungi Relawan Kampung melalui layanan pesan singkat (SMS). Masyarakat menuliskan infrastruktur di kampung mereka yang ingin diperbaiki. Untuk Desa Wisata Sawarna, misalnya, warga berharap jembatan gantung yang ada diperbaiki agar kokoh dan bisa menjadi penghubung penduduk antardesa di lokasi tersebut.
   "Waktu itu kebetulan ada acara salah satu partai di alun-alun Kota Serang. Saya minta izin kepada panitia untuk mengumumkan adanya kebutuhan masyarakat akan jembatan gantung itu. Kami lalu mengedarkan kaleng untuk mengumpulkan sumbangan dan alhamdulillah terkumpul Rp 12 juta saat itu saja. Ditambah sumbangan dari berbagai pihak, jembatan Sawarna bisa diperbaiki," kata Arif.
   Upaya mengungkap kemiskinan itu terus dia lakukan. Pada saat jembatan gantung di Lebak terangkat ke permukaan, Arif sedang mencari donatur ke Singapura untuk memperbaiki jembatan lain yang rusak di Lebak.
   Kesadaran masyarakat untuk membangun infrastruktur penghubung dari desa ke desa memang terus meningkat. Tak heran jika Relawan kampung terus kebanjiran permintaan pembangunan jembatan.

Kontrak

   Hingga kini ada tujuh jembatan yang dibangun Relawan kampung bekerja sama dengan berbagai institusi, termasuk Kopassus. Kini, mereka sudah mengikat kontrak dengan salah satu minimarket untuk membangun 14 jembatan di Indonesia.
   Relawan Kampung menargetkan bisa membangun 100 jembatan untuk bangsa ini. Semua itu mereka lakukan agar kesejahteraan masyarakat sedikit demi sedikit bisa terangkat.
   "Kenapa jembatan? Karena jembatan itu seperti menjembatani antara kemiskinan dan kesejahteraan. Jembatan akan menjadi sarana masyarakat untuk bisa belajar, bisa menjual hasil bumi ke daerah lain, dan bisa mengantar mereka mengakses tempat lain untuk menimba ilmu pengetahuan. Biar warga di kampung  tidak seperti katak di bawah tempurung," kata Arif menambahkan.
   Uniknya, dari semua donatur yang menyumbangkan dana untuk membangun jembatan di Provinsi Banten, rata-rata adalah donatur yang datang dari luar Banten, seperti dari Malaysia, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
   Perusahaan-perusahaan yang berlokasi, beroperasi, dan berkembang di Provinsi Banten justru tidak ada yang menyumbang lewat Relawan Kampung.
   "Mungkin mereka terikat aturan bahwa CSR (corporate social responsibility) perusahaan harus disalurkan lewat Pemprov Banten," kata Arif, ayah tiga anak ini.
   Meski upaya dia dan teman-teman sering mendapat pandangan "miring" (misalnya mereka dianggap mencari popularitas) atau harus berhadapan dengan orang yang tak suka dengan kegiatan itu, Arif dan Relawan Kampung tetap bertekad membangun jembatan.
   Alasan dia, jembatan itu akan mengantar masyarakat Banten selangkah menuju kesejahteraan.

Dikutip dari KOMPAS, KAMIS, 31 OKTOBER 2013

2 komentar:

  1. Saya memirsa RCTI pagi ini Rabu, 4 Des 2013 tentang aksi jembatan gantung buat masyarakat Banten yang dibangun secara swadaya oleh saudara Muhammad Arif Kirdiat. Tidak ada kata lain yang saya dapat sampaikan kecuali : BANGGA ! Saya bangga punya anak bangsa seperti Arif dan mudah-mudahan akan lahir Arif-Arif lainnya di seantero tanah air. Sekian dari HM Iwan Gayo, warga Banten di Pondok Ranji, Bintaro !

    BalasHapus
  2. Keren, saya sebagai orang banten ingin bergabung dengan organisasi ini.... Bapak Iwan Gayo, apakah bapak penulis buku pintar Iwan Gayo itukah?? jika betul berarti saya bertemu langsung dengan dua sosok yang luar biasa...

    BalasHapus