Selasa, 26 Januari 2010

Alexander Agung, Ahli Pertahanan Air Ludah

Bisnisnya memang seputar rongga mulut, yaitu memproduksi pasta gigi. Maka iapun total meyakini bahwa di rongga mulut ada ekologi kehidupan mikro yang unik dan tak boleh dirusak

ALEXANDER AGUNG
Lahir : Cirebon, Jawa Barat, 10 Oktober 1945
Istri : Seng Ho Lin (64)
Anak : - Erline Lie (25)
- Filbert Lie (23)
Pekerjaan : - Tahun 1979 - kini : Departemen Riset PT Enzym Bioteknologi Internusa
Pendidikan : - Tahun 1988-1991 ; MBA dari Institut Bisnis dan Manajemen Jakarta
- Tahun 1967-1970 : Akademi Putra Pendidikan Indonesia, Jakarta
- Tahun 1955-1966 : Huang Chung, Jakarta

Oleh AMIR SODIKIN

Awalnya alexander agung adalah seorang kontraktor. Ia juga sering berganti-ganti profesi. namun hasilnya tidak memuaskan. Pencariannya berhenti ketika ia melihat pabrik pasta gigi yng dijual di daerah Cawang jakarta Timur.
"Lokasinya strategis, luas tanahnya 1.600 meter persegi, rencananya untuk show room mobil," pikirnya waktu itu sekitar tahun 1979. Setelah membeli bekas pabrik pasta gigi, Alex, panggilannya, berpikir mengembangkannya.
"Produknya masih bisa dikembangkan," katanya. Maka, dengan menggandeng mitra bisnis dai Belanda, ia membangun kembali pabrik pasta gigi itu. "tetapi tidak berhasil"
Walau tidak berhasil, ALex justru terpacu mempelajari kesehatan gigi dan mulut. Kenapa nekat ingin melanjutkan bisnis itu padahal sudah gagal? "Saya yakin bisa mengembangkan pabrik pasta gigi karena sudah ada dasar yang bagus," katanya.
Tak seperti pebisnis baru yang biasanya mencontek komposisi produk pesaing, Alex justru merasa harus memulainya dengan belajar dari nol. Maka ia lalu banyak bertanya kepada para dokter gigi, akademisi dan membaca banyak buku.
"Tiap saya pergi ke dokter gigi, saya tak mendapat jawaban yang memuaskan soal kenapa gigi bisa berlubang, kenapa bisa sariawan, kenapa gusi bisa radang, kenapa mulut bisa bau? selalu dijawab karena multi faktor," ceritanya.
Ketika berusaha mendapatkan penjelasan dari dokter gigi, Alex malah mendapat jawaban agar dia berusaha sendiri untuk mencari tahu. "Dokter bilang, ya kamu cari tahu sendiri," begitu Alex mengenang percakapan kala itu yang membuat dia tergugah belajar sendiri.
"Saya baca buku-buku, lalu menawarkan kerjasama penelitian dengan pihak kampus. Saya awalnya baca buku biologi, bukan buku-buku dari kedokteran gigi," katanya.
Walaupun tak dididik menjadi peneliti, Alex ikut meneliti. Ia aktif menggandeng akademisi atau peneliti yang tertarik. "Kami punya teori yang dianggap tak biasa, jadi mereka tertarik bergabung riset," katanya.
Dia akui, memang banyak pertanyaan dari para akademisi, misalnya sejak kapan dia mulai meneliti soal kesehatan gigi? Pertanyaan itu ada yang bersifat apresiatif, tetapi ada pula yang bernada menyindir.

Ekologi mulut

Alex terus meneliti hingga 10 tahun. Bisnisnya tak segera difokuskan memproduksi pasta gigi secara masal dan murah. Ia masih berkutat mencari tahu misteri ekologi rongga mulut secara keseluruhan atau holistik.
Ia yakin problem gigi dan mulut bukan karena kebersihan semata. Gigi berlubang atau karies, radang gusi atau gingivitis, radang jaringan penyangga gigi atau periodontis, sariawan atau stomatis aphtosa dan bau mulut atau halitosis terjadi karena tak seimbangnya kehidupan mikro di mulut.
"Berbagai penelitian menguatkan, persoalan gigi dan mulut itu terjadi karena air ludah atau saliva telah kehilangan fungsi pertahanannya," katanya. Keseimbangan ekologi flora mulut terganggu karena kualitas air ludah turun drastis.
Alex memberi gambaran, fosil gigi manusia purba yang ditemukan, ternyata giginya mulus tak ada kerusakan. Padahal, zaman dahulu mereka belum mengenal gosok gigi.
Berbagai permasalahan gigi dan mulut baru timbul pada zaman modern. Menurut Alex, sistem pertahanan alamiah di dalam rongga mulut ini dikenal sebagai sistem laktoperoksidase.
"Ini sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang secara alami ada di air ludah," jelaskan
Masalahnya, sistem pertahanan ini pada manusia modern rusak karena makanan tidak sehat. "sistem laktoperoksidase dirusak oleh makanan yang mengandung bahan kimia, perasa, pengawet dan pembasmi hama," katanya.
Detergen pada pasta gigi juga menyumbang kerusakan biologi rongga mulut. "Batas toleransi kandungan detergen dalam pasta gigi 0,0001 persen. Jika melewati, air ludah akan rusak," katanya.
Alex juga meyakini, pemakaian antiseptic berlebihan untuk kumur bisa merusak. Jika sistem laktoperoksidase rusak, bakteri berkembang biak tanpa kontrol dan menyebabkan lingkungan mulut asam serta bisa melarutkan email gigi yang berlanjut menjadi karies.
Bakteri tak terkontrol juga bisa memproduksi racun yang akan merembes ke dalam gusi dan menyebabkan gingivitis. Perkembangan bakteri tak terkontrol bisa mengakibatkan bau mulut.
Dari penelitian itu Alex meluncurkan produk pasta gigi bernama Enzim yang bertujuan mengembalikan fungsi pertahanan air ludah. "Prinsip dsarnya bagaimana mengembalikan sistem alamiah laktoperoksidase dengan pasta gigi,"
Produk terbaru didesain untuk orang berusia 40 tahun keatas, yaitu dengan menambahkan colostrum yang dikenal sebagai air susu yang dihasilkan selama 4-36 jam pertama setelah melahirkan.
Pada usia 40 thun ke atas, air ludah berjurang yang mengakibatkan mulut kering, gusi berdarah, gigi ngilu, gigi goyang dan sakit saat menggigit. Colostrum berfungsi menjaga kelembaban mulut, anti bakteri dan memperkuat pertahanan air ludah.

Dari mulut ke mulut

Sejak mengampanyekan ancaman kerusakan air ludah, Alex sering diundang menjadi pembicara disejumlah universitas, rumah sakit, ikatan dokter dan seminar umum. Tiga tahun terakhir ia mendedikasikan hidupnya untuk memberi cermah kepada masyarakat awam.
"Awalnya saya ceramah disebuah universitas. Dekannya menganjurkan saya memberi ceramah untuk masyarakat awam. Sejak itu saya meniatkannya sebagai amal," katanya.
Maka perusahaan Alex membuat program kunjungan ke pabrik untuk masyarakat yang tertarik, "kami jemput mereka dengan bus, gratis, dapat makan siang pula," katanya.
Dalam satu tahun, ia bisa mengundang 13.000 orang. Tak disangka, amal itu kemudian berbuah pada pemasaran yang bagus. Pengakuan mereka yang sudah berkunjung atau orang yang pernah menggunakan pasta gigi itu menjadi pemasaran klasik yang efisien.
"Saya akui, program ini bisa menjadi WOM atau Word Of Muoth," katanya. Saat Kompas berkunjung di pabrik PT Enzym Bioteknologi Internusa di jalan Raya Bogor, Sukamaju, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, serombongan orang dari Jakarta sedang berkunjung.
Di sela diskusi, para pengunjung tak hanya bertanya soal gigi dan mulut, mereka juga memberi kesaksian tentang penggunaan pasta gigi.
"Memang program ini biayanya lebih mahal dari pada iklan biasa, tetapi kan niatnya untuk amal," katanya. Hingga Maret 2010, jadwal presentasi Alex dari Senin hingga minggu penuh terisi.

Dikutip dari KOMPAS, SENIN, 28 DESEMBER 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar