Selasa, 09 Maret 2010

Ben dan Hanafi, Kampanye Lewat Oblong

Bandung pisan! (banget). Demikian tagline besar yang dibawa di dalam desain-desain kaus rancangan Ben Wirawan Sumardji (330 dan Hanafi Salman (33). Mereka menjadikan oblong sebagai sebuah media kampanye sosial dan budaya kota. Kaus bukan hanya sebagai alat fashion, melainkan juga ensiklopedia sejarah, landmark, aksen, wisata, dan berbagai seluk tentang kota Bandung dan warganya.


BEN WIRAWAN SUMARJI

Lahir : Samarinda, 8 Mei 1976
Istri : Fanny Indrafanti
Anak : Samudera Faris Azis
Pendidikan : - SMAN 6 jakarta
- Desain Produk ITB


HANAFI SALMAN

Lahir : Bukittinggi,14 Februari 1976
Istri : Hilda Purnamasari
Anak : Maliki Qalbun Salim

Penghargaan Mahanagari :

1. Desain Produk Prospektif 2007 dari Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

2. Desain terbaik Jawa Barat tahun 2008

3. Gold Award Desain Terbaik indonesia kategori T-Shirt Packaging Indonesia Good Design Selection tahun 2008


Oleh YULVIANUS HARJONO dan CORNELIUS HELMY


Sejak berdiri akhir tahun 2004, Mahanagari menghasilkan setidaknya 60 desain kaus unik, menggelitik, dan kadang disertai kritik sosial.
Kaus dengan tulisan : "F=V=P" adalah salah satu yang digemari dan banyak dicari pembeli. Teks ini akan mengingatkan kita pada karakteristik urang Bandung dan umumnya Sunda asli yang sering kali kesulitan melafalkan konsonan F, V, dan P saat bertutur kata.
"Bandung itu berbeda dengan kota besar lainnya macam Yogyakarta dan Bali. Kota ini mengalami percampuran budaya demikian besar. Jika tidak mulai diperkenalkan, budaya lama akan hilang, tersubstitusi kultur-kultur baru yang muncul," kata Ben, Direktur CV Mahanagari Nusantara, perusahan pemilik merek Mahanagari yang melahirkan oblong-oblong rasa Bandung pisan itu.
Ia percaya, kaus bisa menjadi media berkampanye sosial dan budaya. Kuncinya pada keunggulan desain. Berbeda dengan merek lain yang sekedar menjual nama "Bandung" ataupun ikon kasatmata, mahanagari senantiasa menyisipkan pesan disetiap desain kaus buatannya.
Salah satunya, desain Menara Eiffel terbalik. "Bandung yang dulu katanya indah, dijuluki Paris van Java, sekarang inikan sudah berubah. Kota ini punya banyak persoalan baru," tutur alumnus Desain Produk Institut Teknologi bandung yang akrab disapa Benben ini. Dia membalikan ibujarinya dari atas kebawah, menjelaskan makna Menara Eiffel terbalik di kaus itu.
Brand Mahanagari ini diciptakan kala krisis moneter melanda tanah air pada penghujung tahun 1998. Berbeda dengan anak muda kreatif lainnya yang kala itu ramai mendirikan industri clothing di distro, Ben justru melawan arus dengan memproduksi kaus berdesain Bandung dan ke khasannya.
"Ketika tahun 1998 ikut pertukaran pelajar ke National University of Singapore (NUS), saya bingung harus memberi suvenir khas apa dari Bandung, selain makanan pada saat hari tukar kado. Kaus yang menampilkan kekhasan kota hanya ada di Bali dan Yogya," kenang Benben.
Menggandeng rekannya, Hanafi yang jago mendesain kaus, Benben memilih meniggalkan pekerjaan desainer di sebuah perusahaan perlengkapan alam bebas. Dia merintis usaha sendiri dengan modal awal dari pinjaman senilai Rp. 5 juta. Ketika itu baru lima desain sederhana yang diciptakan. Jualan dilakukan dengan sistem titip di toko-toko di kawasan Jalan Braga dan Setiabudhi.
Pasar utamanya saat itu adalah para turis asing dan ekspatriat. Pada awalnya Benben dan Hanafi pun rela berjualan langsung di kereta api eksekutif Bandung-Jakarta. Pasca peristiwa bom Bali I, Oktober 2002, usaha mereka sempat merugi. Itu karena bandung sepi turis asing.

Tur wisata budaya

Sempat berhenti berproduksi dua setengah tahun, dengan suntikan modal mertuanya, Ben menghidupkan kembali Mahanagari. Terobosan baru dalam dunia clothing pun dimunculkan.
Mahanagari, menurut Hanafi, membeli desain-desain dari pihak luar, kebanyakan mahasiswa Seni Rupa Desain Produk ITB, Desain itu dihargai senilai Rp.200.000,- dan royalti yang bisa mencapai Rp. 2 juta. Konsep ini adalah sebuah bentuk keuntungan simbiosis dalam upaya ikut membesarkan almamater mereka.
Dalam perkembanganny, bidang-bidang usaha Mahanagari pun kemudian diperluas, yaitu juga mencakup kegiatan tur wisata budaya, ekologi, dan sejarah macam lavatourm, yaitu tour menyusuri jejak geologi kawasan Bandung purba serta tour melihat bangunan bersejarah di bandung, "ini merupakan bagian dari upaya kampanye seutuhnya tentang budaya dan segala potensi bandung," ujar Benben.
"Mahanagari ingin tidak dikenal sebatas penjual kaus, tetapi sebagai perusahaan peduli pada lingkungan dan sosial Kota Bandung. Belakangan saya baru tahu hal itu kini disebut sosial enterpreneur," kata penerima penghargaan Gubernur Jawa Barat untuk Perusahaan Kreatif Prospektif tahun 2007 dan 2008 ini.
Kampanye itu antara lain perjalanan ke Pasir Pawon, tempat ditemukannya manusia purba di kawasan Karst Padalarang. Selain itu, perjalanan ke sumber air Bandung Selatan dan wiasata sejarah Pangalengan. Pesertanya masyarakat umum yang berminat terhadap sejarah dan peduli terhadap berbagai hal aktual tentang Bandung.
Ramah lingkungan
Tidak hanya kaus oblong, Mahanagari kemudian menciptakan desain unik, yaitu paper folder (tempat menyimpan kertas) pengganti plastik keresek, kemasan produk ini menjadi simpul jaringan kampanye antara Mahanagari dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Inovasi pun dilakukan dengan komponen utama dari kardus. Kardus dipilih karena praktis,murah, dapat digunakan lagi, dan bisa didaur ulang. atas desain kemasan yang bernuansa ramah lingkungan ini, Mahanagari mendapatkan penghargaan Gold Award Desain Terbaik Indonesia tahun 2008 kategori T-Shirt Packaging Indonesia Good Design Selection yang diserahkan Presiden Susilo bambang Yudhoyono. "Juri menilai gambar dan desain bukan sekedar alat pemanis jualan, melainkan bisa dipakai untuk kepentingan dan kepedulian sosial," katanya.
Strategi ini ternyata diterima masyarkaat Bandung. Beragam desain laku dijual di pasaran. Hal itu dipengaruhi juga oleh besarnya ikut dalam kampanye mahanagari ke berbagai daerah bersejarah dan khas Kota bandung.
Untuk tahun 2010, Ben berencana membawa Mahanagari terbang lebih tinggi. Ia menyebut rencana itu dengan istilah "menjual otak" diartikan dengan lebih banyak berkreasi dan berinovasi lewat karya dengan harapan bisa dilirik para pemegang modal, seperti perusahaan swasta.
"Apabila sinergis dengan pemegang modal bisa tercapai, diharapkan bisa dapat modal lebih besar guna mengembangkan Mahanagari sebagai perusahaan kampanye sejarah dan pendidikkan yang lebih besar," ujar Ben.
Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 15 DESEMBER 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar