UYUN MUZIZAH
Lahir : 7 Desember 1979, Tuban, Jawa timur
Suami : Muhamad Yusuf Kusumanegara
Pendidikan :
- SDN Sukolilo, Tuban, Jawa Timur
- SMP Kejar Paket C, Subang, Jawa Barat
Prestasi:
- SEA Games 2001: perak (31 kilometer individual time trial) dan perunggu
(mass start road race 172,4 kilometer)
- Asian Games 2002: perak (road race) dan perak (3.000 meter individual
pursuit)
- SEA Games 2007: emas (200 meter sprint), emas (500 meter time trial), dan
emas (tim sprint)
- SEA Games 2011: emas (omnium putri), emas (scratch race 5 kilometer
putri), emas (point race putri), dan perunggu (500 meter time trial)
Di SEA Games Thailand 2007, Uyun Muzizah turun berlomba di disiplin trek cabang balap sepeda dan pulang dengan tiga emas. Dalam SEA Games XXVI/2011 Indonesia, Uyun turun gunung dan menambah pundi-pundi emas Indonesia dengan tiga emas dan satu perunggu.
OLEH HELENA F NABABAN
Apabila pada SEA Games 2007 tiga medali (nomor 200 meter sprint, 500 meter time trial, dan tim sprint) direbut dalam beberapa hari lomba, pada SEA Games kali ini dua dari tiga medali itu direbut Uyun langsung dalam satu hari lomba. Apabila pada SEA Games 2007 ia merebut tiga emas pada usia 27 tahun, dalam SEA Games 2011 ini, Uyun merebutnya pada usia 31 tahun.
"Rupanya saya masih saja dipercaya untuk mengemban tugas. Saya selesaikan dengan baik," ujar Uyun Muzizah seusai upacara penghormatan pemenang di velodrom Rawamangun, Jakarta, Senin (21/11).
Maka, di lintasan velodrom lawas - diresmikan penggunaannya tahun 1973-itu, Uyun menunjukkan kebolehannya di atas sadel. Pencinta balap sepeda Indonesia dibuai dengan aksi Uyun memperebutkan poin sprint di nomor point race. Uyun berpartner dengan pebalap senior Nurhayati di nomor omnium yang melombakan enam jenis nomor trek.
Di awal balapan, uyun akan mengumbar senyum sambil melambaikan tangan ke arah tribune. Lalu, setiap kali berputar di depan penonton Indonesia, Uyun tak pernah absen tersenyum menyambut sorakan penonton yang menrikkan yel-yel "In-do-ne-sia!"
Mulai bersepeda
Mulai mengenal sepeda pada tahun terakhir ia duduk di SD, saat berusia 13 tahun. Anak keempat dari lima bersaudara ini awalnya terjun di dunia persepedaan setelah mengenal sepeda ria alias fun bike. Acara sepeda santai itu yang banyak digelar di kota kelahirannya, Tuban, Jawa Timur.
"Saya getol ikut sepeda santai gara-gara acara itu menawarkan banyak hadiah. Juara 1-10, kan, mendapat hadiah. Makanya, tiap kali ikut fun bike, saya selalu ngebut supaya dapat hadiahnya," ujar Uyun, yang selain bersepeda juga terjun di cabang lari.
Upaya itu tak lepas dari kondisi ekonomi keluarganya. Ayah Uyun, Samiran, adalah tukang batu. Dengan penghasilan pas-pasan, ayah Uyun harus menghidupi lima anaknya.
Situasi itu membuat Uyun terbiasa hidup mandiri sejak kecil. "Apalagi sejak ibu (Kasiyem) meninggal saat saya kelas II SD, saya makin harus terbiasa mandiri," ujarnya.
Bagi Uyun, lomba-lomba fun bike yang menawarkan hadiah itu amat membantu dia dan keluarganya. Hingga, di sebuah fun bike, ia mendapat hadiah sepeda gunung. "Sepeda itu yang terus saya pakai untuk ikut lomba," ujarnya.
Potensi uyun itu rupanya menarik perhatian seorang dokter gigi di kota Tuban. Dokter yang juga pengurus cabang balap sepeda di Tuban, drg Cipto Supiarso, itu memiliki klub balap sepeda Rongolawe Cycling Club. Bersama klub balap sepeda itu, Uyun mengasah potensinya. Ia terus mengikuti lomba-lomba balap sepeda. Saking getolnya berlatih, Uyun sampai mengabaikan sekolahnya. "Saya tidak mendaftar ke SMP. Untuk apa saya sekolah dan hanya buang-buang duit? Mending saya jadi atlet, malah bisa menghasilkan duit," ujar Uyun yang memang berniat menjadi atlet sejak kecil.
Secara resmi, Uyun mulai terjun di kejuaraan resmi balap sepeda setelah empat tahun bergabung dengan Ronggolawe Cycling Club. Kejuaraan Daerah Jawa Timur menjadi debut Uyun saat ia berusia 17 tahun.
Ketika itulah, Uyun dihadapkan pada pilihan, untuk terus fokus di balap sepeda atau memilih atletik. "Saya selain bersepeda, juga ikut lomba-lomba lari. Namun, saya pikir balap sepeda lebih sesuai untuk saya. Apalagi, pebalap putri itu sedikit sekali jumlahnya," papar Uyun, yang memilih menekuni adu cepat di lintasan jalan raya itu setelah melihat kesuksesan Nurhayati di SEA Games 1997 Indonesia.
Sepedaku hidupku
Kurun waktu 1997-2000 menjadi periode Uyun aktif mengikuti sejumlah kejuaraan daerah, juga berbagai kejuaraan balap sepeda lainnya. Hingga tahun 2000, ia dipanggil mengikuti pelatnas balap sepeda serta persiapan menghadapi SEA Games 2001 Kuala Lumpur.
Di bawah bimbingan Theo Gunawan dan Ronny Yahya, Uyun mempersiapkan diri. Melihat potensinya, Uyun dipersiapkan turun di nomor-nomor jalan raya, individual time trial, dan mass start road race. polesan itu membuahkan hasil. Satu perak dan satu perunggu direbut Uyun
Kiprahnya di dunia balap sepeda kian dalam. Uyun terus diandalkan. Ia lalu diproyeksikan turun di Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan.
Di bawah pengawasan langsung pelatih Endang Subagyo, Uyun menempa diri untuk bertarung di nomor road race dan nomor track 3.000 meter individual pursuit.
Bagi pebalap yang selalu ceplas-ceplos bila berbicara ini, berlomba di dua disiplin lomba secara langsung tidak membebaninya. Daya tahan yang diperoleh saat menyiapkan diri di nomor jalan raya menguntungkan Uyun saat turun di lintasan trek velodrom.
Sepedaku, hidupku. Betapa ungkapan itu menggambarkan jalan hidup Uyun. Balap sepeda, bagi Uyun, tak hanya sarana mendapatkan penghasilan. Balap sepeda juga mengantarkan ia bertemu pasangan jiwanya.
Uyun bertemu sang suami, Muhamad Yusuf Kusumanegara, saat pelatnas balap sepeda SEA Games 2003 berpindah dari Yogyakarta ke Subang, Jawa Barat. Uyun yang baru pindah bersama anggota pelatnas yang ditempatkan di mes rumah makan Abah di Subang rupanya menarik perhatian Yusuf yang tinggal di dekat situ.
"Dari sepeda, kami jatuh cinta. Kami menikah setelah 15 bulan pacaran," ujar Uyun.
Beruntungnya Uyun. Sang suami sangat mendukung kariernya. Begitu mendukungnya, hingga keduanya sepakat menunda punya momongan demi kemajuan Uyun di balap sepeda.
Uyun mampu mengobati dahaga tim Merah Putih akan medali emas. Dalam bilangan umur yang tak lagi muda, tiga keping emas ia rebut dalam sehari, pada hari ketiga lomba SEA Games tahun ini.
Bagi penyuka madu dengan campuran gula merah itu, umur tidak masalah. Selama masih memiliki kekuatan, energi, dan kemampuan, ia akan terus ikut balap sepeda.
"Mental berjuang ini juga harus dimiliki pebalap putri Indonesia," ujar Uyun yang mengaku prihatin karena regenerasi pebalap putri di Indonesia masih saja lambat.
Dikutip dari KOMPAS, RABU, 23 NOVEMBER 2011