TRIYANINGSIH
Lahir : Semarang, Jawa Tengah, 15 Mei 1987
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian Pemuda dan Olahraga
Prestasi :
- Medali emas SEA Games XXVI/2011 nomor 5.000 meter, 10.000 meter dan
maraton
- Medali emas SEA Games XXV/2009 nomor 5.000 meter dan 10.000 meter
- Medali emas SEA Games XXIV/2007 nomor 5.000 meter dan 10.000 meter
Triyaningsih adalah pelari yang berlari paling jauh dalam cabang atletik SEA GAMES XXVI/2011 di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Ia melahap tiga nomor lari, yaitu 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton (42,195 kilometer). Jika dijumlah, dia berlari sejauh 57,195 kilometer.
OLEH WISNU AJI DEWABRATA
Dari tiga nomor lari yang diikuti Triyaningsih tersebut, semua menghasilkan medali emas. Namanya pun semakin berkibar sebagai jagoan lari jarak jauh.
Prestasi gemilang di SEA Games itu tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui proses bertahun-tahun. Ketabahan dan mental baja seorang atlet sangat diperlukan untuk mencapai "hattrick" medali emas.
Saat Kompas mewawancarai Triyaningsih di wisma atlet Jakabaring, pekan lalu, pelari bertubuh mungil itu masih jalan terpincang-pincang. Kaki kanannya dibalut perban karena terluka. Luka yang belum sembuh total tersebut kambuh lagi saat Triyaningsih harus berjuang mendapat emas dari tiga nomor yang diikutinya.
Luka tersebut akibat terkena batu ketika Triyaningsih latihan di Salatiga, Jawa Tengah, untuk persiapan SEA Games. Namun, katanya, dia memaksakan diri terus berlari pada nomor 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton meskipun kakinya masih merasa sakit.
Seusai lomba nomor 5.000 meter dan 10.000 meter, Triyaningsih mengatakan bahwa dia cedera. Itu sebabnya, catatan waktunya tidak terlalu cemerlang meskipun tetap meraih medali emas.
"Saya sudah latihan keras, sayang kalau medalinya lepas. Latihan membuat mental saya menjadi kuat. Saya menahan sakit di kaki sewaktu lari maraton. Kalau enggak ada penonton, saya pasti meringis kesakitan. Tetapi saya tetap paksakan diri berlari dan tersenyum," kata adik pelari Ruwiyati itu.
Triyaningsih memperkirakan, seandainya kakinya tidak cedera, ia pasti berhsil meraih batas waktu minimal (limit B) untuk tampil pada nomor maraton Olimpiade London 2012. Limit B untuk bisa mengikuti nomor maraton olimpiade adalah 2 jam 42 menit.
Triyaningsih yakin mampu meraih Limit B karena rekornya 2 jam 31 menit 49 detik. Rekor itu tecipta saat Triyaningsih turun di nomro lari maraton Asian Games Guang Zhou 2010. Meskipun dia tidak menjadi juara karena finis pada urutan keempat, catatan waktu itu memecahkan rekor nasional atas nama Ruwiyati (2 jam 34 menit 16 detik).
"Saya mau menyembuhkan kaki sampai sembuh total, sambil mencari limit untuk ikut olimpiade," kata putri pasangan Iyas Saderi (almarhum) dan Ngatiyateni (50) itu.
Latihan keras
Kita bisa membayangkan bagaimana kerasnya latihan Triyaningsih untuk menghadapi nomor 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton. Setiap hari, dia berlari sekitar dua sampai empat jam, dengan jarak bervariasi, antara 10.000 kilometer dan 35 kilometer, untuk latihan kecepatan dan daya tahan. Kalau dijumlahkan, dalam seminggu Triyaningsih berlari sejauh 210 kilometer-250 kilometer.
Triyaningsih lebih suka latihan di Salatiga. Alasannya, daerah itu lebih cocok untuk latihan bagi pelari jarak jauh dibandingkan Jakarta.
Di Salatiga, latihan yang dijalani Triyaningsih dilakukan pada kintasan yang permukaannya berupa pasir laut. kadang diselingi lari melewati kebun dan jalan aspal supaya tidak jenuh.
Pelatih Triyaningsih adalah Alwi Mugiyanto, yang terkenal sebagai sebagai pelatih bertangan dingin. Dari tangan Alwi muncul para pelari top, antara lain Ruwiyati dan Agus Prayogo, selain Triyaningsih.
Efek dari latihan keras, menurut Triyaningsih, sangat terasa. ia masih segar bugar meskipun baru selesai berlari nomor 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton.
"Secara fisik saya masih kuat. Cuma karena menahan sakit di kaki yang membuat saya jadi lelah. Saya terus berlari meskipun kaki terasa sakit karena itu kewajiban saya sebagai atlet. Saya mendapat fasilitas dari negara yang harus dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Triyaningsih beranggapan, kemampuannya berlari di tiga nomor tersebut merupakan bakat alam. Ia memiliki volume maksimal oksigen (VO2 max) yang lebih besar. VO2 max yang besar itu merupakan berkah bagi saya," kata pelari yang baru pertama kali ini turun dalam tiga nomor lari pada ajang multi event seperti SEA Games.
Paling belakang
Minat Triyaningsih pada atletik muncul setelah mendapat dorongan dari sang kakak, Ruwiyati, yang sudah menjadi pelari terkenal. Triyaningsih kemudian berlatih di klub atletik Lokomotif di Salatiga sejak 2002. Dia langsung di bawah pengawasan pelatih Alwi Mugiyanto, yang sejak awal sudah melihat bakat Triyaningsih sebagai pelari.
"Dulu, kalau latihan sebenarnya saya selalu yang paling belakang. Karena itu, saya kemudian jadi bertekad untuk mengalahkan teman-teman yang lebih muda. Eh, akhirnya malah jadi keterusan," cerita pelari yang masih lajang itu, mengenang.
Triyaningsih mengaku jatuh cinta pada atletik karena melihat kakaknya berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Dia juga melihat bahwa menjadi atlet bisa mendapat uang dan pekerjaan.
Triyaningsih pertama kali ikut SEA Games tahun 2003 di Vietnam, untuk nomor 5.000 meter. Ia finis pada urutan ke empat, tetapi berhasil memecahkan rekor nasional yunior dengan waktu 16 menit 21 detik.
Tahun 2005, Triyaningsih dicoret dari tim SEA Games karena berlaku tidak disiplin.
Tahun 2007, Triyaningsih memperkuat tim SEA Games untuk nomor 5.000 meter dan 10.000 meter. Di sini, dia memecahkan rekor nomor 5.000 meter dengan waktu 15 menit 54,32 detik.
Pada SEA Games 2009 Triyaningsih turun lagi di nomor 5.000 meter dan 10.000 meter.
"Saya memang masih kurang disiplin. saya mengakui, kadang ssaya merasa malas. Pak Alwi selalu mengingatkan saya untuk lebih disiplin," kata ratu atletik itu, mengevaluasi dirinya sendiri.
Uang bonus yang bakal diperoleh Triyaningsih dari tiga medali emas SEA Games 2011 rencananya akan dia gunakan untuk beribadah umrah bersama sang bunda.
Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 22 NOVEMBER 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar