Rabu, 07 Juli 2010

Hadi Wiyono, Pionir Gitar Baki

Gitar produksi Baki telah merambah seluruh wilayah di Pulau Jawa. Gitar ini juga telah dipetik oleh penduduk di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Tanpa gitar, warga Baki di kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, seperti kehilangan daya.

HADI WIYONO

Lahir : Sukoharjo, 1 September 1940
Istri : Siti Lestari
Pendidikan :
- Sekolah Rakyat Pondok, Sukoharjo,
- SMP Simpon, Solo
Anak : Tujuh
Cucu : Tujuh

Oleh SRI REJEKI

Sejak awal 1960-an warga setempat yang semula bertani mulai membuat gitar untuk menambah penghasilan. Kini membuat gitar menjadi pekerjaan utama mereka.
Hadi Wiyono (69) adalah orang pertama yang memelopori produksi gitar di Desa Mancasan, Kecamatan Baki. Hadi pernah bekerja pada seorang produsen gitar di Kota Solo selama dua tahun sejak tahun 1959. Saat itu ia masih di bangku sekolah menengah pertama.
Selepas sekolah, Hadi tidak langsung pulang ke rumahnya di Dusun Kembangan, Desa Mancasan, melainkan bekerja sebagai pembuat gitar. Niatnya iseng-iseng saja saat itu, hanya memenuhi ajakan seorang tetangganya untuk ikut bekerja.
Namun, ternya Hadi memperoleh kepercayaan dari si pemilik usaha. Dia bukan hanya mendapat keterampilan membuat gitar, tapi juga pengetahuan tentang bahan baku hingga pemasaran. Hadi pun dibolehkan membawa gitar setengah jadi untuk digarap penyelesaian akhir (finishing). Beberapa tetangganya ikut membantu.
Tidak lama, pemilik pabrik gitar tempat Hadi bekerja bangkrut karena harta yang ditanamkan pada sebuah bank swasta saat itu amblas dibawa kabur oleh pemilik bank. Peristiwa itu menyebabkan Hadi kehilangan pekerjaan. Namun, itu ternyata justru menjadi awal dari sejarah panjang tumbuhnya pusat industri rumah tangga pembuatan gitar.
Dibantu oleh 25 tetangganya, Hadi menjual gitar-gitar buatannya ke toko-toko di Solo. Pasar gitar rupanya tidak pernah sepi. Para pekerjanya yang telah menguasai keterampilan membuat gitar satu demi satu merintis usaha mandiri. Makin lama makin banyak warga yang mengikuti jejak Hadi membuat gitar.
Dari semula muncul di Dusun Kembangan di Desa Mancasan, industri rumahtangga gitar lantas berekmbang ke seluruh wilayah desa, bahkan meluas hingga ke desa tetangga, yakni Desa Ngrombo di Kecamatan Baki dan Desa Pondok di Kecamatan Grogol. Kini, hampir setiap rumah di tiga desa itu terlibat usaha produksi gitar.
Berkembangnya industri gitar berhasil menahan laju warga desa ke kota untuk mencari kerja. Sebelum berkembangnya industri gitar, hampir semua warga bekerja sebagai petani. Sebanyak 90 persen di antaranya hanya buruh tani karena tidak memiliki lahan sehingga penghasilannya sangat kecil. Untuk menambah pendapatan, warga pergi ke kota mencari kerja.
Kini, tidak ada lagi warga desa yang pergi ke kota untuk mencari kerja. Pekerjaan seperti tidak ada habis-habisnya di sentra industri gitar ini sehingga justru menarik datangnya pekerja dari daerah lain, seperti dari Pracimantoro (Wonogiri), Wonosari (Gunung Kidul), Tawangmangu (Karanganyar), dan Blora.
"Dengan adanya industri gitar, masyarakat punya kesibukan. Perekonomian di desa pun berputar. Disini semua orang bikin gitar. Lulusan sarjana pun akhirnya membuat gitar karena sejak kecil telah menjadi pegangannya sehari-hari," kata Hadi. Tiga anak dan seorang menantunya membantu menjalankan roda usaha pproduksi gitar.

Berbagi "kue"

Meski harus berbagi "kue" penjualan gitar, Hadi merasa senang. Sejak awal, ayah tujuh anak ini tidak pernah merasa tersaingi oleh munculnya usaha-usaha baru dari para mantan pekerjanya. Keinginannya memang menularkan keterampilan membuat gitar kepada warga desa dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk berwiraswasta.
Hadi juga yang membantu perajin setempat mendapat bantuan permodalan dari bank. Pada tahun 1966, ada 30 perajin yang mendapat pinjaman modal Rp.300.000 - Rp.500.000. per orang. Hadi menjadi jembatan antara perajin, dinas perindustrian setempat, dan bank.
Atas kemampuan dan kepeloporannya, Hadi mendapat kepercayaan, seperti peningkatan kualitas produk, manajemen, hingga pemasaran. Kesempatan ini tidak ia simpan sendiri.
Hadi bersama beberapa orang lainnya membentuk koperasi unit desa yang berasal dari badan usaha unit desa yang bangkrut dan hanya menyisakan aset 1 meja, 4 kursi,mesin pengering, timbangan duduk, dan catatan 125 anggota. Tahun 1983, anggota koperasi telah mencapai 900 orang.
"Tahun 1978-1984 menjadi periode kejayaan gitar Baki. Saat itu perajin sangat diperhatikan . Kerap ada pertemuan untuk meningkatkan kapasitas perajin," kata anak dari pasangan almarhum Wandiyo Harjodiwiryo dan Kasinem ini.
Perkembangan industri gitar semakin meningkat. Gitar yang lebih dikenal sebagai "gitar Baki" ini semakin dikenal masyarakat luas. Pemasarannya tidak lagi sebatas di Kota Solo, tetapi telah merambah kota-kota lainnya.
Gitar Baki juga pernah merambah mancanegar melalui pihak ketiga. Namun, perajin lebih menyukai pemasaran dalam negeri karena produksi gitar yang sebagian besar manual kadang-kaadang sulit dikejar waktu penyelesaiannya.
"Saya pernah ekspor ke Malaysia tahun 1984 dan ke Jerman tahun 2000. Pengalaman saya, kalau kita melanggar tenggat produksi bisa kena penalti. Padahal saat itu semua proses masih manual dan mengandalkan alam untuk menjemur. Itu yang menjadi kendala kami," katanya.
Untuk memmenuhi kebutuhan dalam negeri saja, Hadi memprediksi produksi gitar setiap bulan saat ini rata-rata 2 juta unit yang melibatkan 2.500-an keluarga di tiga desa. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun 2006 mencatat, ada 162 unit usaha produksi gitar dengan produksi 169.700 lusin.
Agar usahanya tetap bertahan, Hadi mengutamakan menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan. Masukan pelanggan menjadi bahan perbaikan mutu produksinya. Kini, tidak hanya gitar akustik yang ia buat, tetapi juga berbagai alat musik petik dan gesek lainnya, seperti biola, cello, bass, hingga gitar elektrik.
Hadi membagi kebutuhan gitar dalam tiga kelompok, yakni orkes Melayu, keroncong dan band. Dalam Orkes Melayu, gitar akan bersama mandolin, gambus, bas gitar, kencring, kendang, banjo, dan bonggo. Dalam orkes keroncong, gitar akan bersama string bass, biola, cello, cak, cuk, suling/flute. Dalam band, ada gitar melodi, gitar rhythm, bass, drum, dan keyboard. Hadi dapat membuat semua alat petik dan gesek tadi. Perajin lain hanya membuat gitar akustik atau ukulele.
Ketekunan dan kecintaan telah membentuk Hadi sebagai perajin gitar yang mumpuni. Kepedulian membentuk Hadi sebagai pengusaha yang tidak lupa sesama.

Dikutip dari KOMPAS, JUMAT,23 OKTOBER 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar