Minggu, 01 Mei 2011

Abas: Berdayakan Penganggur di Sektor Perkayuan


ABAS

Lahir : Demak, Jawa Tengah, 31 Desember 1960
Istri : Suryani (31)
Anak :
1. Yan Bastian (27)
2. Erik Bastian (24)
3. Hanifah (16)
4. Ayu Asyani (4)
Pendidikan :
1. SD Negeri 1 Demak
2. SMP Negeri 1 Slawi, Tegal
3. SMA Negeri 1 Tegal

Tutupnya belasan industri besar sektor perkayuan setelah penertiban pembalakan ilegal kayu di Kalimantan Barat berdampak pada terpuruknya perekonomian para mantan pekerjanya. Melalui budibudaya hortikultura yang dipeloporinya, Abas (51) memberi cakrawala baru mengenai peluang ekonomi bagi para penganggur sektor kayu di Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.

OLEH AGUSTINUS HANDOKO

Interaksi Abas dengan para mantan pekerja kayu terjadi secara tidak sengaja. Awalnya dia prihatin dengan pasokan sayuran di Pontianak dan sebagian besar Kalimantan Barat yang masih mengandalkan Jawa. "Saya cari lokasi , dapat di Desa Korek, Kecamatan Sungai Ambawang," ujarnya.
Abas yang memilih keluar dari pekerjaannya sebagai konsultan di sebuah perusahaan di Sungai Ambawang pada tahun 2005 lalu memilih mencoba budidaya hortikultura. Sambil belajar otodidak dari sumber-sumber tertulis mengenai cara budidaya hortikultura, tentang berbagai jenis sayuran, Abas mencari lokasi yang potensial.
Abas memaklumi pencurian berbagai jenis sayuran yang ditanamnya di lahan seluas lebih kurang setengah hektar. Warga sekitar ketika itu memang lebih banyak menganggur sejak pabrik-pabrik pengolahan kayu tempat mereka bekerja gulung tikar.
"Saya tidak marah," katanya. Namun, Abas memiliki tekbik untuk mengambil hati warga. Sebelum diambil, Abas memanennya terlebih dahulu dan membagikannya kepada mereka. Langkah tersebut membuat warga senang dan malah saling mengingatkan agar tidak mencuri lagi.
Orang-orang sekitar inilah kemudian menjadi generasi pertama kalangan penganggur dari sektor kayu yang ingin belajar budidaya sayuran kepada Abas. "Begitu saya berhasil dalam satu musim tanam sayur, banyak tetangga sekitar yang ingin belajar," kata Abas.

Lahan menganggur

Ada belasan penganggur sektor kayu yang menjadi generasi pertama petani sayur didikan Abas di Sungai Ambawang. Setelah lumayan mahir membudidayakan sayur di lahan milik Abas, mereka kemudian membudidayakan sendiri. "Awalnya, sambil menanam di lahan sendiri, mereka masih saya minta kerja setengah hari di lahan saya supaya masih bisa konsultasi," ujar Abas.
Jenis sayuran yang paling cocok di budidayakan di Sungai Ambawang adalah cabai, kacang panjang, tomat, dan terung. Dari awalnya penanaman di lahan sekitar 100 meter persegi, para mantan pekerja kayu tersebut kemudian memperluas kawasan tanam. Ada yang sampai setengah hektar, bahkan satu hektar.
masalah baru "anak didik" Abas ialah soal modal seiring dengan makin luasnya lahan olah. Maklum, di Desa Korek yang dilintasi jalan trans-kalimantan itu masih banyak lahan menganggur.
Rupanya, gaung kemandirian sebagian penganggur sektor perkayuan di Desa Korek tersebut terdengar oleh penyuluh pertanian Kabupaten Pontianak. Ketiak itu Sungai Ambawang masih masuk wilayah Kabupaten Pontianak, sebelum kemudian menjadi salah satu kecamatan di kabupaten Kubu Raya yang mekar dari Pontianak pada tahun 2007.
Penyuluh pertanian yang menyambangi Abas lalu menawarkan ide untuk membentuk kelompok tani. "Saya setuju dengan jaminan kelompok tani itu tidak untuk kepentingan tertentu, murni untuk membina petani. Kami lalu membuat kelompok tani," kata Abas.
Ada beberapa kelompok tani yang kemudian bergabung di gabungan Kelompok Tani Sumber Makmur yang berpusat di tempat Abas. Gabungan kelomok tani ini mendapat dana stimulan sebesar Rp 100 juta disertai pendampingan intensif dari penyuluh pertanian. Bantuan itu dipakai untuk budidaya intensif di lahan yang dikelola bersama para anggota gapoktan.
Bantuan Rp 100 juta yang bergulir tahun 2008 hanya perlu waktu satu semester untuk berkembang menjadi Rp 160 juta. Meski demikian, bantuan yang Rp 100 juta tersebut tetap dimanfaat kan untuk budidaya intensif, sementara kapitalisasi modal sebesar Rp 60 juta digunakan untuk memodali sejumlah petani yang kekurangan modal.
Keberhasilan petani pemula di Sungai Ambawang tersebut akhirnya menarik perhatian Badan Penyuluh Pertanian Kementerian Pertanian. Pada tahun yang sama Badan Penyuluh Pertanian menunjuk gapoktan tersebut menjadi Pusat Pelatihan Pedesaan Swadaya (P4S) yang kemudian mendapat dana hibah kerja sama Jepang-Indonesia.
Dana hibah untuk P4S Mitra Mandiri Desa Korek tersebut dipakai untuk mendirikan asrama dan ruang belajar yang lengkap."Para petani pemula sangat antusias karena memang belum pernah mengikuti model pelatihan seperti itu," cerita Abas.

Sudah ratusan

P4S Mitra mandiri awalnya menampung 60 orang yang ingin belajar dan memperdalam pertanian sayur-mayur. Hingga tahun 2011 ini sudah ratusan orang yang belajar di P4S yang dipimpin Abas.
kini kondisi yang cukup mencolok di Desa Korek adalah terus berkurangnya jumlah penganggur, indikatornya, Abas mengaku sangat sult mendapatkan tenaga kerja untuk mengurus kebun sayurnya yang seluas tiga hektar. "Dulu banyak orang ingin kerja. Sekarang mereka sudah punya lahan sendiri. bahkan, banyak yang lebih berhasil dari saya. Saya justru senang, saya puas melihat mereka berhasil," tutur Abas.
Sambil mengurus kebun, Abas mendirikan toko pertanian di sekitar lahannya. Tak hanya menjual, dia juga memberi bimbingan dan bukti di lahannya jika ada pembeli yang bertanya. Kadang kala, stok benih yang disiapkan untuk kebun direlakan untuk dibeli masyarakat yang melihat keberhasilan komoditas di kebun milik Abas.
Abas juga tidak membatasi pembelian bagi para petani yang mampu. Ia mengijinkan sejumlah petani berutang, bahkan kini totalnya mencapai puluhan juta rupiah. namun, dengan syarat, mengikuti nasihatnya. "Kalau mereka gagal panen, saya juga yang rugi karena utang sulit dibayar. Para petani umumnya mendengarkan penjelasan saya dan rata-rata berhasil," ujar Abas.
Keberhasilan Abas memberdayakan para penganggur dari sektor kayu itu juga dijadikan model pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Kubu Raya. Mulai Maret 2011 Abas menjadi duta untuk setiap kecamatan di Kubu Raya.
Selain berhasil menggerakkan roda perekonomian masyarakat, upaya yang dipelopori Abas tersebut juga membuat pasokan sayuran di Pontianak stabil. maklum, pasokan dari Jawa sering terhambat cuaca. Kini berbagai jenis sayuran sudah lebih mudah diperoleh di Pontianak.

Dikutip dari KOMPAS, SENIN, 2 MEI 2011

2 komentar:

  1. agriculture regarded as a bussiness,
    jika kita peduli dengan kehidupan di desa,

    “MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA”

    Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
    NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
    Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 -- 8 ton/hektar.

    Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).

    Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

    System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.
    SRI sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

    Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
    Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

    Kami tawarkan solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

    "BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/NASA) + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR GOROWO",

    Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 100% — 400% dibanding pola tanam konvensional seperti sekarang.

    Ditunggu komentarnya di omyosa@gmail.com, atau di 02137878827, 081310104072

    BalasHapus
  2. agriculture regarded as a bussiness,
    jika kita peduli dengan kehidupan di desa,

    “MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA” (lanjutan)

    • PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/NASA) merupakan pupuk organik lengkap yang memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro tanah dengan kandungan asam amino paling tinggi yang penggunaannya sangat mudah,
    • sedangkan EM16+ merupakan cairan bakteri fermentasi generasi terakhir dari effective microorganism yang sudah sangat dikenal sebagai alat composer terbaik yang mampu mempercepat proses pengomposan dan mampu menyuburkan tanaman dan meremajakan/merehabilitasi tanah rusak akibat penggunan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali,
    • sementara itu yang dimaksud sistem jajar gorowo adalah sistem penanaman padi yang diselang gorowo/alur/selokan/parit, bisa 2 padi selang 1 gorowo atau 4 padi selang 1 gorowo, dan
    • yang paling penting dalam bertani pola gabungan ini adalah relative lebih murah.

    CATATAN:

    1. Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/ mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu ANDA MENJADI AGEN SOSIAL penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.

    2. Cara bertani organik tidak saja hanya untuk budidaya tanaman padi sawah, tetapi bisa juga untuk berbagai produk-produk agro bisnis yang meliputi pertanian (padi, palawija, buah dan sayuran), perkebunan, perikanan, dan peternakan.


    Hasil panen setelah menggunakan Pupuk Ajaib

    Kesaksian untuk tanaman pertanian tanpa pestisida kimia, dan perangsang tumbuh tambahan lainnya :
    * Cabe Organik bisa mencapai 6 kg/pohon, dan umur tanaman bisa sampai 3 tahun.
    * Padi Organik bisa mencapai rata-rata 16—24 ton / hektar.
    * Bawang Merah Organik bisa mencapai diatas 24--36 ton / hektar
    * Jamur Tiram Organik bisa meningkat 300 %, dan bebas ulat !
    * Bawang Daun Organik bisa mencapai rata-rata 1 kg/batang
    * Kol Organik bisa mencapai rata-rata 5-8 kg/pohon
    * Sawit sudah tidak produktif bisa kembali lagi produktif,

    Kesaksian untuk hewan dan ikan tanpa vaksin, antibiotik, dan vitamin lainnya :
    * Nila 3cm dirawat 2 minggu bisa sebesar umur 2 bulan padahal
    * Bebek afkir biasanya telurnya 10% bisa meningkat jadi 50% lebih.
    * Sapi beratnya meningkat di atas 1,5 kg/hari pakannya hanya rumput.
    * Broiler bisa panen pada hari ke 28-29 berat 1,5-1,7 kg
    * Pembibitan lele angka kematian bisa sampai pada 0%
    * Budidaya belut bibit 3 bulan bisa mencapai berat 500 gram/ ekor
    * Lele 5—7 cm bisa panen dalam waktu 29 hari

    Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

    AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

    Anda siap menjadi donatur bagi pekerja sosial agen penyebaran informasi, atau Anda sendiri merangkap sebagai pekerja sosial agen penyebaran informasi itu dilokasi sekitar anda berada, atau pada wilayah yang lebih luas lagi diseluruh Indonesia?

    Ditunggu komentarnya di omyosa@gmail.com, atau di 02137878827, 081310104072

    BalasHapus