Jumat, 05 Juli 2013

Mesak Keluanan : Pupuk Organik untuk Petani NTT

MESAK KELUANAN
Lahir: Rote, Nusa Tenggara Timur, 19 Februari 1957
Istri: Mety Mesak Keluanan
Anak:
- Heny (34)
- Delfi (32)
- Lidya (30)
- Amran (23)
- Novi (20)
- Asty (15)
Pendidikan: Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya
Pencapaian: Pemilik dan Pemimpin Lembaga Pertanian Sehat Agrolestari Kupang, Nusa Tenggara Timur

Sekitar dua juta hektar lahan yang kekeringan di Nusa Tenggara Timur antara lain berdampak pada gagal panen. Upaya petani dengan membeli pupuk kimia dan memperluas lahan pun sulit mendapatkan hasil maksimal. Tantangan alam itu mendorong Mesak Keluanan berusaha menemukan jalan keluar dengan pupuk organik.

OLEH KORNELIS KEWA AMA

Pupuk organik yang dia beri nama Bio-Pem itu sudah digunakan ribuan petani di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pupuk tersebut telah beredar di 21 kabupaten atau kota di wilayah NTT. Sekitar 2.750 dari total 8.700 kelompok tani yang ada di NTT telah memanfaatkan pupuk itu.
   Petani begitu antusias karena berbagai jenis pupuk kimia dan obat kimia pembasmi hama yang mereka gunakan selama ini justru tak memberikan hasil optimal.
   Ditemui di Kupang, Mesak Keluanan bercerita, pada tahun 2007, dia mendapat kesempatan mengikuti pelatihan pembuatan pupukorganik di Yogyakarta sesuai dengan karakter tanah dan iklim daerah tersebut. Dia kemudian memperdalam pengetahuan yang diperolehnya itu melalui internet.
   Setelah melalui berbagai percobaan, dia menemukan pupuk yang bersumber dari berbagai tumbuh-tumbuhan. Pupuk tersebut ternyata sangat efektif untuk membasmi hama dan menyuburkan tanaman.Pupuk itu dia beri nama Bio-Pem, yang berasal dari kata "bio" (artinya tumbuhan) dan "pem" yang merupakan kepanjangan dari pupuk efektif mikroorganisme.
   Bio-Pem berguna sebagai pupuk hayati untuk memperbaiki kondisi tanah, penyubur tanah ddan tanaman. Pupuk tersebut mampu mempercepat proses fermentasi pupuk kompos dan penyerapan unsur hara dalam tanah.
   Pupuk ini dibuat Mesak dengan teknologi agriculture growth promoting inoculants, yakni suatu inokulum campuran berbentuk cair, mengandung hormon tumbuhan organik serta mikroba indigenos (mikroba tanah asli NTT) yang sangat dibutuhkan dalam penyuburan tanah secara  biologis. Fungsinya untuk meningkatkan produktivitas tanaman, memberikan nutrisi bagi tanaman, dan menekan serangan hama. Konsep yang dikembangkan adalah memberi makan tanah sekaligus tanaman.
   Sebagai bioaktivator, pupuk itu meningkatkan ketersediaan unsur hara dan kelarutan deposit dalam tanah sehingga mengurangi penggunaan pupuk NPK dan berguna untuk rekondisi fungsi ekosistem tanah. Pupuk juga menjadi agen pengendali hayati, zat perangsang tumbuh, juga sebagai bakteri pengurai dalam septic tank.

Uji coba

   Hampir 50 persen lahan di NTT berbahan organik di bawah 5 persen, padahal kandungan bahan organik yang baik harus di atas 10 persen.
   Kondisi itu membuat tanah tak subur, meski sudah puluhan tahun diolah, tetapi tanpa pemberian mikroba di dalam tanah.
   "Saya melakukan uji coba bersama staf dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT di laboratorium milik mereka. Pupuk ini meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan organisme tanah yang menguntungkan tanaman, yakni bakteri pengurai, penambat N, pupuk fosfat, dan penghasil hormon," kata Mesak.
   Bahan dasar pupuk tersebut, antara lain, berupa bakteri asam laktat, bakteri fotosintesis, dan bakteri acetobacter. Pupuk ini pun telah disahkan Kementerian Pertanian pada 31 Januari 2011.
   Menurut Mesak, pupuk tersebut cocok untuk pertanian lahan kering seperti pada kondisi tanah di NTT.
   Sifat pupuk itu mampu menembus kedalaman tanah mengikuti alur akar tanaman sambil memberikan kemampuan akar untuk menyerap lebih banyak unsur hara di dalam tanah.
   Pupuk ini mulai diperkenalkan kepada petani tahun 2009. Kini, 50.000-100.000 hektar lahan kering telah dikelola dengan menggunakan pupuk tersebut, baik untuk penyubur tanaman maupun pembasmi hama. Total lahan kering di NTT mencapai 2 juta hektar, sedangkan lahan basah sekitar 800.000 hektar.
   "Saya masih kesulitan mendapatkan wadah untuk pupuk 1-4 liter. Untuk pupuk 5 liter ada jeriken sebagai tempatnya, ini pun tak mudah mendapatkannya," ucapnya.
   Mesak mencoba memesan kemasan dari Surabaya, tetapi harga wadah itu relatif mahal. Untuk ukuran 1 liter, misalnya, harganya Rp 8.000, belum termasuk biaya pengiriman. Jika harga jeriken dibebankan kepada petani, harga jual pupuk menjadi Rp 40.000 per kemasan. "Terlalu mahal untuk petani, saya batal memesan kemasan itu,"ujarnya.
   Ia lalu memakai jeriken atau kaleng bekas untuk pupuk setelah disterilkan terlebih dahulu. Akan tetapi, wadah ini pun jumlahnya terbatas. Selain itu, ia juga harus membayar tenaga khusus sebagai pengumpul kemasan bekas tersebut.

Mengusir hama

   Permintaan pupuk itu 40.000-45.000 liter per tahun. Sebagian besar pesanan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT untuk kelompok tani dan binaan unit pengelolaan tenis Dinas Pertanian dan Perkebunan. Setiap kelompok memerlukan 100-1.000 liter pupuk per musim tanam.
   Untuk 1 hektar lahan diperlukan 10-15 liter pupuk. Untuk memenuhinya, pupuk sebanyak satu gelas kemasan air mineral (200 mililiter) dicampur dengan 10 liter air, lalu disemprotkan pada tanaman guna mengusir hama. Untuk menyuburkan tanaman, pupuk yang sudah dicampur dengan air disiramkan ke lubang dengan kedalaman 4 sentimeter mengelilingi batang pohon.
   Pencegahan hama dilakukan dengan menyemprotkan pupuk ke daun saat tanaman berusia sekitar dua pekan atau menjelang berbuah. Jika hama penggerek sudah merusak daun, untuk mengendalikannya dilakukan dengan penyemprotan setiap pekan pada hari yang sama.
   Sebelum menggunakan pupuk, produksi jagung petani hanya sekitar 500 kilogram per hektar. Dengan pupuk tersebut, petani bisa menghasilkan 1,2 ton jagung pipilan.
   Untuk memperlancar produksi, Mesak dibantu 10 karyawan. Mereka sekaligus membantu mengirimkan pupuk tersebut ke Flores, Sumba, Timor Barat, Rote, dan Alor.
   "Kami ingin semakin banyak pupuk organik yang bisa digunakan petani agar mereka tidak lagi menggunakan pupuk kimia. Pupuk kimia harganya mahal, juga bisa membahayakan kesehatan konsumen dan tak baik untuk 'kesehatan' tanah kami," katanya.
   Pupuk Bio-Pem relatif ramah lingkungan. Jika orang terpercik pupuk tersebut, termasuk pada anak-anak, hal itu tak membahayakan kesehatan. Bahkan, pupuk jenis ini bisa dimanfaatkan untuk campuran minuman sapi atau jenis ternak besar.
   Mesak yang juga pendiri Lembaga Pertanian Sehat  Agrolestari mengatakan, permintaan pupuk jenis ini relatif tinggi. Ini, antara lain, karena pupuk tersebut mampu mendorong akar menerobos batu karang, kerikil, dan tanah tandus.

Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 2 JULI 2013

2 komentar:

  1. Setahu saya biopem yang menemukannya Bkn yg tertulis di blog ini. Tlg di klarifikasi.

    BalasHapus
  2. Penemunya adalah Bapak Ir. H. Tambunan.
    CV Biopem Lestari Kupang
    Sudah ada SK Hak Merek dan Hak Paten.
    Jg Hak Merek Dagang.

    Ini namanya penipuan public. Hati2

    BalasHapus