Minggu, 15 Agustus 2010

Yuwono dan Eka, Pendiri Sekolah Alam

Pendidikan melalui sekolah adalah proses membangun sebuah peradaban. Tujuan itu jangan dicampur aduk dengan kepentingan bisnis untuk memungut uang sebanyak mungkin dari orangtua murid. Niat itulah yang membulatkan tekad pasangan Yuwono dan Nurbaiti Eka Sari untuk mendirikan Sekolah Alam Palembang.

BIODATA

Nama : Yuwono
Lahir : Trenggalek, 10 Oktober 1971
Pendidikaan :
- SD Negeri Palas Jaya, Lampung Selatan
- SMP Negeri Palas, Lampung Selatan
- SMA Negeri 2 Tanjung Karang
- Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, tamat 1996
- Master Bidang biomedik Fakultas Kedoktran UI, 2002
- Program doktor bidang ilmu kedokteran Fakultas Kedokteran Unpad, 2009

Nama : Nurbaiti Eka Sari
Lahir : Palembang, 30 September 1970
Pendidikan :
- SD Negeri Putri 137 Plaju, Palembang
- SMP Negeri 20 Plaju, Palembang
- SMA Yaktapenta 1 Plaju
- Fakultas MIPA Kimia Universitas Sriwijaya, 1994
Anak :
- Muhammad Jawad Yuwono (10)
- Imadul Aqil Yuwono (9)
- Mamduh Widad Yuwono (7)
- Afaf Mihlah Yuwono (4)

Oleh WISNU AJI DEWABRATA

Dengan modal awal Rp.10 juta pada 2005, mereka mendirikan Sekolah Alam Palembang, sekolah ini satu dari 12 sekolah alam di Indonesia yang direkomendasikan penggagasnya, Lendo Novo.
Ditemani istrinya, Eka, Yuwono mengatakan, ide mendirikan sekolah alam di Palembang muncul setelah ia menyekolahkan anaknya di Sekolah Alam Bandung. Dia merasa cocok dengan konsep sekolah alam ala Lendo Novo.
Ia menyekolahkan anaknya di Sekolah Alam Bandung saat kuliah S-3 ilmu kedokteran di Universitas Padjadjaran tahun 2004-2005. Selesai kuliah, Yuwono dan Eka kembali ke Palembang, tetapi di kota ini tak ada sekolah alam.
Mereka memutuskan mendirikan sekolah alam di Palembang karena tak ingin anaknya mendapat pendidikan seperti mereka dulu di sekolah umum.
"Pendidikan kita banyak yang mubazir. Semua pelajaran diajarkan, ibarat komputer hanya memenuhi memori tetapi tak pernah dibuka. Cara mendidiknya tak memunculkan potensi pribadi anak," kata Yuwono.
Yuwono, bercerita, sejak sekolah dasar ia selalu juara kelas, tetapi merasa ada yang salah dalam dunia pendidikan. Alasannya, murid punya potensi yang berbeda-beda, misalnya dalam bidang seni atau olahraga, tak hanya akademik.
Sementara sekolah alam adalah inklusif sebab kecerdasan tak sebatas kemampuan akademik. Sekolah di Indonesia umunya eksklusif, mengutamakan kemampuan akademik, sekolah seperti ini hanya cocok untuk anak pintar.
"Sekolah inklusif bisa menggali potensi anak. Tuhan memberikan banyak sekali potensi kepada manusia, tetapi masih sedikit yang tergali," katanya.
Eka menambahkan, sekolah alam mengutamakan kebebasan berekspresi dan berpendapat. Murid dilatih tak takut mengungkapkan pendapat, sebaliknya, di sekolah umum, murid umumnya tak punya kebebasan berekspresi dan dampaknya terbawa sampai dewasa.
"Saya yakin metode sekolah alam itu yang terbaik, tak mungkin saya menyekolahkan anak saya di sini," katanya.

Manajemen tradisional

Ketika dibuka tahun 2005, fasilitas Sekolah Alam Palembang masih terbatas. Lokasi pertama di kawasan Bukit Siguntang, dengan jumlah murid lima orang untuk tingkat Taman Bermain, TK A, TK B, dan kelas I SD, dengan empat guru. Tiga murid itu adalah anak Yuwono ditambah dua murid keponakannya.
Hanya tiga bulan di Bukit Siguntang, lokasi sekolah pindah ke Plaju. Di lokasi ini jumlah murid menjadi 10 orang. Pada Juli 2006, sekolah ini pindah ke Jalan Demang Lebar Daun dengan lahan seluas 1.300 meter persegi. Disini terdapat saung yang berfungsi sebagai ruang kelas sekaligus tempat bermain, kolam, dan lahan untuk belajar bercocok tanam serta beternak.
Jumlah murid pun meningkat menjadi 60 orang dan sampai kelas V SD. Kegiatan belajar didukung delapan fasilitator, dua asisten kelas, tiga guru bahasa dan seni, serta satu guru kegiatan luar ruang.
Di Sekolah Alam Palembang, Yuwono lebih fokus sebagai pembuat konsep dan Eka menjadi manajer. Sampai sekarang,untuk memenuhi kebutuhan operasional sekolah, suami-istri ini masih sering merogoh kocek pribadi.
"Setiap bulan kami nombok sekitar Rp.10 juta. namun, kami tak pernah merasa rugi karena pendidikan itu investasi untuk anak-anak. Ini investasi paling penting," ujar Yuwono yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Meski sering "tekor", pasangan ini gigih mengelola Sekolah ALam Palembang. "Murid Sekolah ALam Palembang justru sedih kalau sekolah libur. Mereka ingin ke sekolah meski lagi libur. Di sekolah, para murid membuat sendiri aturan yang harus mereka patuhi. jadi, tidak ada yang membuat mereka takut," kata Eka.
Disini murid terbiasa mengajukan pertanyaan kepada guru dan guru tak langsung menjawab, tetapi balik bertanya lagi kepada murid. Menurut Eka, murid bebas menjawab pertanyaan guru. Guru tak akan menyalahkan atau membenarkan jawaban murid karena dengan cara ini murid terbiasa berpikir. Prinsipnya, guru tak selalu benar.
Murid juga diajak menemukan jawaban melalui buku-buku di perpustakaan atau mendapatkan penjelasan langsung dari ahlinya. Sekolah alam tak menggunakan sistem buku paket. Semua buku dari berbagai penerbit dan penulis bisa digunakan. Lebih penting membuat murid mau membaca buku.
Eka menambahkan, dari modal awal Rp.10 juta, kini mereka punya modal Rp.500 juta untuk mengembangkan Sekolah Alam Palembang. Modal itu berasal dari para orangtua murid.

Membangun peradaban

Yuwono mengungkapkan, tujuan membangun sekolah alam bukan untuk mencari untung materi. Ia yakin, mendirikan sekolah alam tak akan rugi karena sekolah ini akan menghasilkan orang-orang yang luar biasa.
"Sekolah ini bertujuan membangun peradaban. Sekolah tak sekedar bisnis atau menghasilkan ijazah. Kami tak ingin mencetak antrean pelamarkerja, tetapi pencipta lapangan kerja," kata Yuwono.
"Roh" dari sekolah alam, katanya, adalah mengajarkan empat hal utama, yaitu akhlak yang bersifat universal, logika ilmu, kepemimpinan, dan kewirausahaan. Keempat hal ini diajarkan kepada para murid.
Yuwono dan Eka berencana menerima murid tingkat SMP dan SMA di Sekolah Alam Palembang. Mulai 2010, Sekolah Alam Palembang akan pindah ke lokasi baru di kawasan Karyajaya Km 15, Palembang, di tanah seluas 7 hektar.
Untuk tingkat SMP rencananya beroperasi dua tahun lagi, sedangkan tingkat SMA nya mulai dilangsungkan setelah semua murid sekolah alam untuk SMP lulus atau empat tahun lagi.
Masa sekolah SMP dan SMA di sekolah alam total empat tahun. Murid SMA akan menggunakan sistem program pilihan, yaitu teknologi komunikasi dan informasi, bioteknologi, serta perdagangan ritel.

Dikutip dari KOMPAS, SENIN, 14 SEPTEMBER 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar