Minggu, 15 April 2012

Pujianto: Menyatukan Pembuat Logam Mayangan

PUJIANTO
Lahir: Kediri, Jawa Timur, 23 Januari 1969
Pendidikan: Sekolah menengah atas
Istri: Nur Inayah
Anak:
- M Khoirul Anwar
- M Latif Sarbini
- M Ikhsan Al Karomi
Kegiatan: Ketua Dewan Pengurus Pasindo, komunitas pelaku UKM logam di Mayangan, Pasuruan, Jawa Timur

Menjadi pengusaha logam bukan hal mudah. Persaingan dengan produk asing menyebabkan kualitas dan akurasi produk dalam negeri menjadi prioritas. Hal itu yang diusahakan Pujianto dan rekan-rekan dalam Para Amerta Sejahtera Indonesia, komunitas pelaku usaha kecil menengah logam di kelurahan Mayangan, Pasuruan, Jawa Timur.

OLEH DAHLIA IRAWATI 

Mereka harus mengusahakan akurasi dan kualitas produk lebih baik dibandingkan produk asing. Pengusaha logam pun berhimpun untuk berbagi informasi order kerja, info standar kualitas produk, pelatihan, dan upaya logam lainnya.
     Kampung logam Mayangan, Pasuruan, ada sejak zaman kolonial. Orang pribumi awalnya hanya bekerjadi PT Bosto, yang kala itu merupakan perusahaan pembuatan komponen dan onderdil dari besi. Saat sudah tak bekerja, penduduk membuat sendiri onderdil berbagai mesin dan peralatan. Kemampuan itu diturunkan dari generasi ke generasi hingga kini. Perajin logam itu jumlahnya ribuan orang. "Kami ingin pembuat logam punya posisi tawar di hadapan pembeli sehingga kami berhimpun untuk menghasilkan produk logam terbaik," ujar Pujianto yang menjadi Ketua Para Amerta Sejahtera Indonesia (Pasindo).
    Ia gencar mengajak pelaku usaha logam lain berbenah, baik dalam pembuatan produk agar mendekati standar nasional maupun manajemen usahanya. Selama ini perajin logam Mayangan menjalankan usaha secara tradisional.
"Usaha dikelola tak profesional, kadang mereka tak memikirkan kelangsungan usahanya," ujar pria yang akrab dengan usaha logam sejak tahun 1990-an itu.
     Manajemen usaha kala banyak order ataupun sepi pesanan ini perlu ditata. Biasanya apabila banyak order, perajin dengan mudah berbelanja berbagai produk tnpa memikirkan modal untuk order berikutnya. Dampaknya, kelangsungan kerja mereka berikutnya terkendala.
     Mengajak mereka berbenah diri tidaklah mudah. Sindiran negatif kerap diterima Pujianto. Namun, berkat ketekunannya, sekitar 310 perajin mau berhimpun dalam Pasindo.
    Dengan berhimpun, ia yakin posisi tawar perajin logam Mayangan lebih baik. "Berhimpun tak sekadar kumpul-kumpul, kami berusaha mendapat pengetahuan, baik mengenai produk, pelatihan, hinga mencari dan berbagi order.
     Perajin logam umumnya membuat produk yang sama. Mereka tak dibedakan dalam produk, tetapi dalam prosesnya. Ada di antara perajin yang khusus membuat produk dengan mesin bubut, dan ada pula yang melapisi dengan cairan antikarat.
     Kemampuan yang diperoleh turun-temurun itu membuat perajin piawai membuat onderdil mesin, seperti mesin tenun dan onderdil kendaraan bermotor, misalnya lampu spion, rem tangan, dan setang. Beragam onderdil itu dibuat dengan proses cor logam, kuningan, aluminium, besi atau menggunakan mesin bubut, pres, dan bor.
     Harga jual produk perajin bervariasi, mulai dari Rp 1.000 per buah seperti tutup pentil hingga jutaan rupiah untuk komponen mesin. Produk mereka dipasarkan ke sejumlah kota, seperti Banjarmasin, Makassar, Pati, Jakarta, dan Surabaya.

Sering tertipu

     Ide berhimpun dalam Pasindo berawal dari seringnya perajin tertipu oleh pembeli. "Beberapa kali pembeli membayar perajin dengan giro kosong. Dari pengalaman menyakitkan itu, kami sepakat mencegah penipuan itu terulang," katanya.
     Adanya Pasindo diharapkan bisa mengatasi penipuan tersebut. "Pembeli tak bisa main-main. Kalau seorang perajin tertiu, berarti semua perajin di sini tahu kasus itu. Kalau kami berjalan sendiri-sendiri, selain rawan tertipu, kekuatan tawar perajin relatif rendah," katanya.
     Awalnya Pasindo dibentuk sebagai pembaga berbagi pengalaman sesama perajin. Seiring dengan waktu, Pasindo berkembang menjadi lembaga untuk meningkatkan kapabilitas perajin. Sejumlah pelatihan keterampilan sampai manajemen pun diadakan.
     Pujianto bercerita, pada awalnya mengajak perajin untuk bergabung tak mudah. Tahun 2002 ia mulai mendekati para perajin. "Setiap hari saya mendatangi satu orang, mengobrol dan mendengar curhat mereka." Pada kunjungan-kunjungan berikutnya barulah dia mengajak perajin itu bergabung.
     Namun, tak jarang perajin curiga kepadanya. Ia dinilai mau memata-matai atau mencuri ilmu perajin lain.
Namun, karena perajin terus tertipu dan kesulitan mendapatkan akses modal perbankan, ajakan Pujianto pun dilirik.
     Dengan mengantongi akta organisasi perajin logam berbadan hukum, Pasindo bisa mengakses permodalan ke bank, diterima di beberapa perusahaan, dan memiliki posisi tawar lebih baik.

Kalah bersaing

     Namun, berbagai kendala menyebabkan produk perajin logam Mayangan belum menjadi tuan di negeri sendiri. Produk mereka kalah bersaing dengan produk impor dari China yang harganya lebih murah. Persoalan seperti keterbatasan modal, kesulitan bahan baku, dan belum terstandardisasinya produk menjadi persoalan yang mesti diatasi.
     "Saya ingin semua perajin Mayangan bersatu sesuai keahlian masing-masing. Kelebihan perajin yang satu bisa menutupi kekurangan perajin lainnya. Ini lebih efisien, membuat proses kerja lebih cepat," ujar pria yang membuka usaha logam sendiri tahun 1997 setelah sempat bekerja pada perajin logam lainnya.
     Persatuan perajin logam Mayangan diharapkan membawa kebaikan bersama. "Pengetahuan kami sebagai pengusaha kecil tentang standar produk agar sesuai spesifikasi pasar sangat kurang," katanya.
     Melalui Pasindo, perajin logam yang menjadi anggotanya bisa mendapatkan pelatihan teknis produk dan manajemen usaha. Misalnya, bagaimana mengelola usaha agar terus bertahan dan bagaimana menjadikan produk logam mendekati standar nasional.
     "Perajin logam umumnya bisa membuat produk karena terbiasa. Padahal, produknya tak sesuai standar teknis. Perajin juga melupakan akurasi waktu penyelesaian seperti yang dijanjikan. Dampaknya, order tak bertahan lama," katanya.
     Contohnya, ada perajin logam Mayangan memasok komponen otomotif kepada agen tunggal pemegang merek. Namun, order itu tak bertahan lama karena penyelesaian produk molor dari waktu yang disepakati. "Perajin logam harus profesional agar sentra logam ini bisa bertahan."
     Usaha Pujianto dan rekan-rekan di Pasindo tak sia-sia. Kini dengan mudah mereka mengakses berbagai lembaga untuk menawarkan produk. Saat gema mobil nasional tengah menghangat, misalnya, Pasindo bekerja sama dengan SMKN 2 Pasuruan untuk membuat onderdil otomotif yang dibutuhkan. Pasindo juga bekerja sama dengan PT Inka membuat mobil Gea versi PT Inka.
     "Semoga momentum mobil nasional ikut mengangkat perajin logam Mayangan," katanya.

Dikutip dari KOMPAS, JUMAT, 13 APRIL 2012

1 komentar:

  1. Pak untuk alamat tepatnya dan kontaknya berapa yah mungkin lebih mempermudah . Terimakasih

    BalasHapus