Kamis, 21 Juli 2011

Cak Agus Kuprit : Merindukan Generasi Penerus Kidungan


AGUS KUPRIT

Nama asli : Agus Ali Sahid
Lahir : Sidoarjo, Jawa Timur, 1 Desember 1958
Istri : Suprapti Hartini (48)
Anak :
- Denis Karisca (24)
- Anggi Prasetyo (19)
Pendidikan :
- SDN I Tulangan, Sidoarjo, 1971
- STN I Sidoarjo, 1974
- STM Pancasila, Semarang, tak tamat

Kegiatan : Pengisi Acara "Kidung Jenaka" TVRI Surabaya, 1981-1991

Ayo nitik obahe zaman/Akeh riwayat lan pengalaman/Onok kalane genting/Onok kalane aman/Iku pancen kodrate alam/Aku nek ndelok nduk luar negeri/Saiki terjadi perang/Nduk endi-endi/Gak cuma perang pisik, ugo perang ekonomi/Mulane rakyate akeh sing mati/Mulane dhulur ayo podho disyukuri/Kito urip onok bumi pertiwi/Rakyate rukun-rukun/Tanahe gemah ripah loh jinawi/Semboyane bangsa Indonesi/Anti perang, cinta damai....

Itulah salah satu kidungan jula-juli daari sekitar 200-an ciptaan Cak Agus Kuprit, seniman pengidung dan pelawak ludruk asal Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Telah puluhan tahun ia tampil dari satu panggung ke panggung lain kesenian ludruk.

OLEH ABDUL LATHIF

Ia menekuni kesenian tradisional itu sepenuh hati sesuai pesan sang ayah. "Kalau saya tak bisa serius menekuni dunia seni, lebih baik mundur saja," kata Agus Kuprit menirukan pesan ayahnya.
Jadilah pria bernama asli Agus Ali Sahid ini memantapkan pilihan hidupnya sebagai seniman ludruk tobong. Tahun 1974 ia belajar bermain ludruk, melawak, dan melantunkan kidung kepada para seniman senior, khususnya sang ayah, almarhum Maripen, seniman ludruk tobong.
Ia ikut rombongan ludruk berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, melakoni kehidupan tobong dan merasakannya. Meski ketika itu sebtas membantu mendekorasi panggung.
"Siang hari sekolah, malamnya saya ikut main ludruk dan mulai bisa ngidung tahun 1976," kata Agus Kuprit yang kala itu pelajar STM Pancasila, Semarang, Jawa Tengah.
Bersekolah sambil main ludruk, dinikmati Agus Kuprit. Apalagi dalam usia muda dia sudah bergabung dengan grup ludruk tobong Jawa Timur pimpinan A Manab (almarhum) yang waktu itu setiap malam tampil di panggung Taman Hiburan Rakyat (THR) Semarang, hingga sekitar 1977-an
"Kami dipaksa pindah, tak boleh lagi nobong di THR karena kabarnya mau dibangun pusat pertokoan. Jadilah kami pindah nobong keliling ke berbagai tempat seperti Pekalongan, Tegal, Purwokerto, dan Kebumen," kenangnya.
Seiring kepindahan grup ludruk tobong Jawa Timur dari Kota Semarang, kelanjutan pendidikan Agus Kuprit pun terputus hanya sampai kelas II STM.
Tak lagi bersekolah, membuat Agus Kuprit sepenuhnya belajar menjadi seniman. Selama tiga tahun, sang ayah, Maripen dan Pakde Gondo, seniman tobong lainnya, menempanya, terutama sebagai pelantun kidung dan pelawak.
"Saya dan seniman ludruk dari Jawa Timur, seperti Cak Momon, Cak Handoyo, dan Cak Anton, dikontrak pabrik jamu. Kami manggung berkeliling Pulau Jawa, dari Banyuwangi sampai Jakarta. Saya juga sempat bergabung dengan ludruk Tansa Katon pimpinan Pak Kusno dan ludruk Rukun Santoso milik TNI AD di Solo," katanya.
Sampai sekitar tahun 1990 Agus Kuprit pindah dari satu panggung ke panggung lain menghibur penonton. "Saya sempat manggung di Kotabumi, Lampung, dan bertemu wong Krembung (tetangga desanya) yang jadi transmigran sukses sebagai petani cengkeh. Rombongan kami lalu diundang makan di rumahnya," ceritanya.

Pahit manis

Sebagai seniman panggung keliling, Agus Kuprit telah merasakan pahit manisnya kehidupan seniman ludruk tobong. Meski permintaan naik panggung tak selalu ada, tetapi mereka umumnya tetap setia melakoni pilihan hidupnya.
"Saya pernah mengalami sekitar sebulan tak main, karena setiap malam hujan. Waktu itu saya bersama ludruk Tansa Katon di Kota Salatiga. Jadilah untuk makan pun saya mencari dan memasak beton (biji buah nangka) karena waktu itu sedang panen nangka," kisahnya.
Bagi Agus Kuprit, kondisi seperti itu bak ujian bagi keteguhannya menekuni seni ludruk. "Kalau niat kita sudah bulat, rasanya tidak ada yang susah. Walaupun kita harus tidur di mana saja, justru kondisi ini yang mematangkan kemampuan sebagai pemain ludruk," katanya.
Tak hanya tampil di panggung terbuka, Agus Kuprit bersama seniman ludruk di Surabaya juga pernah bermain di klub malam di kawasan Basuki Rachmat, Surabaya. "Sekitar tahun 1980-an saya ngeludruk di klub malam LCC dan Shinta," katanya.

Tidak pasti

Penghasilan sebagai seniman ludruk memang tak pasti. Dia bercerita, sekitar 1970-an, honor pemain ludruk tobong keliling sekitar Rp 150 per hari. Namun, saat mereka dikontrak sebuah perusahaan, misalnya, bayarannya bisa mencapai Rp 25.000 per bulan.
Meski kondisinya seperti itu, Agus Kuprit tetap bersyukur. Dari penghasilannya sebagai seniman ludruk ia bisa membiayai pendidikan kedua anaknya hingga perguruan tinggi. Selain itu, setelah tinggal di rumah mertua, dia bisa membangun rumah sendiri di Kaplingan Kenongo, Tulangan, Sidoarjo, tahun 1994.
"Jadi seniman itu tak terus langgeng. Ibarat bunga, bisa mekar lalu layu. Jadi, waktu mekar seniman jangan foya-foya biar hari tuanya tak sengsara," katanya.
Agus Kuprit bercerita, pada 1991 ia menghibur hadirin di TVRI Surabaya. Salah satu di antaranya Menteri Penerangan Harmoko. "Saat makan bersama, saya ungkapkan kalau melamar menjadi pegawai RRI Surabaya, tapi belum dipanggil."
Harmoko lalu memanggil Kepala Stasiun RRI Surabaya, Zaenal Abas. Entah ada hubungannya atau tidak. Yang jelas, lanjut Agus Kuprit, "Alhamdulillah keinginan saya menjadi pegawai RRI terkabul."
Sebagai seniman ludruk yang piawai melantunkan kidung jula-juli dan melawak, dia merasa gelisah tatkala generasi penerus kidungan jula-juli di Surabaya dan Sidoarjo belum muncul.
"Saya sudah tua, siapa yang akan meneruskan? Anak muda suka bimbang, mereka ragu memilih menjadi seniman ludruk. Padahal kalau ditekuni serius, saya yakin sandang pangan tercukupi," kata Agus Kuprit yang juga anggota ludruk RRI Surabaya sejak 1991 hingga kini.
Selain lewat radio, dia berharap bibit baru seniman ludruk bakal muncul lewat kompetisi kidungan jula-juli, seperti yang diadakan Surabaya Plaza Hotel maupun festival ludruk remaja/pelajar di Jawa Timur yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Selain itu, Taman Budaya Jawa Timur juga menggelar program ludruk lintas generasi. "Saya paling senang menjadi juri lomba kidungan remaja atau pelajar. kalau menjadi juri lomba kidungan untuk umum, saya paling malas karena orangnya sudah kenal," katanya.
Cak Agus Kuprit pun berdendang, Onok ulo ngeduk sumur/Manuk mliwis kok gawe sarang/Negoro kito pancen adil lan makmur/makmur wis, adile dhurung........

Dikutip dari KOMPAS, JUMAT, 22 JULI 2011

2 komentar:

  1. PROMO TERBARU DARI AFRIANI SHOP CELLULER UNTUK THN 2015 BERBAGAI TIPE HANDPHONE SEPERTI BlackBerry>Samsung>Smartfren.
    Sony>Nokia>Apple>Acer>Canon>Dell>Nikon>DLL Bila berminat silahkan
    Hotline : HP: 082311467788 ( BB 295a367f ) ATAU KLIK WEBSITE www.afrianishop.com

    Ready stock barangx

    Samsung Galaxy E7
    Baru : Rp. 2.200.000

    Samsung Galaxy J5
    Baru : Rp. 1.300.000

    Samsung Galaxy S6
    Baru : Rp. 5.700.000

    Samsung Galaxy
    Baru : Rp. 1.100.000

    Samsung Galaxy A3
    Baru : Rp.2.800.000

    Samsung Galaxy Core Prime
    Baru : Rp. 1.100.000

    Samsung Galaxy Core
    Baru : Rp. 2.800.000

    Samsung Galaxy S5 Plus
    Baru : Rp. 5.800.000

    Samsung Galaxy A5Max
    Baru : Rp. 1.700.000

    Samsung Galaxy S5 Active
    Baru : Rp. 4.890.000

    Samsung Galaxy Tab Active LTE
    Baru : Rp. 3.750.000

    Samsung Galaxy Avant
    Baru : Rp. 1.250.000

    Samsung Galaxy Ace 4
    Baru : Rp. 1.100.000

    Samsung I8200 Galaxy S III Mini VE
    Baru : Rp. 1.399.000

    Ssmsung Z
    Baru : Rp. 1.899.000

    Samsung Galaxy S3 Neo
    Baru : Rp. 1.699.000

    Samsung Galaxy ATIVE SE
    Baru : Rp. 3.850.000

    Samsung Galaxy Note 3 Neo Lite
    Baru : Rp. 3.799.000

    Samsung Galaxy S5
    Baru : Rp. 5.499.000

    Samsung Galaxy J
    Baru : Rp. 3.455.000

    Samsung Galaxy E7
    Baru : Rp. 2.200.000

    Samsung Galaxy J5
    Baru : Rp. 1.300.000

    Samsung Galaxy S6
    Baru : Rp. 5.700.000

    Samsung Galaxy
    Baru : Rp. 1.100.000

    Samsung Galaxy A3
    Baru : Rp.2.800.000

    Samsung Galaxy Core Prime
    Baru : Rp. 1.100.000

    Samsung Galaxy Core
    Baru : Rp. 2.800.000

    Samsung Galaxy S5 Plus
    Baru : Rp. 5.800.000

    Samsung Galaxy A5Max
    Baru : Rp. 1.000.000

    Samsung Galaxy S5 Active
    Baru : Rp. 4.890.000

    Samsung Galaxy Tab Active LTE
    Baru : Rp. 3.750.000

    Samsung Galaxy Avant
    Baru : Rp. 1.250.000

    Samsung Galaxy Ace 4
    Baru : Rp. 1.100.000

    Samsung I8200 Galaxy S III Mini VE
    Baru : Rp. 1.399.000

    Ssmsung Z
    Baru : Rp. 1.899.000

    Samsung Galaxy S3 Neo
    Baru : Rp. 1.699.000

    Samsung Galaxy ATIVE SE
    Baru : Rp. 3.850.000

    Samsung Galaxy Note 3 Neo Lite
    Baru : Rp. 3.799.000

    Samsung Galaxy S5
    Baru : Rp. 5.499.000

    Samsung Galaxy J
    Baru : Rp. 3.455.000

    BalasHapus
  2. saya mau ngejob agus kuprit... tolong di bantu untuk menghubungi management ke nomer telp berapa?

    BalasHapus