Senin, 17 September 2012

Ellena Khusnul Rachmawati: Filosofi Induk Ayam


ELLENA KHUSNUL RACHMAWATI

Lahir: Yogyakarta, 28 Februari 1969
Anak:
- Iqbal Raditya Haqie (21)
- Annisa Adinda Qita (16)
Pendidikan:
- SD Kanisius Tegalmulya, Yogyakarta
- SMP Stella Duce Yogyakarta
- SMA Stella Duce Yogyakarta
- Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara Yogyakarta, lulus 
  1999

Keberhasilan membangun kemandirian ataupun pemberdayaan masyarakat dengan ditopang dana yang cukup, itu merupakan cerita biasa. Peristiwa itu baru menjadi kisah luar biasa apabila pemberdayaan tersebut hanya bermodalkan semangat untuk menggalang potensi sumber daya yang dimiliki masyarakat. Bagaimana caranya? Perempuan bernama Ellena Khusnul Rachmawati punya jawabannya.

OLEH KHAERUL ANWAR

"Saya hanya berusaha memegang filosofi induk ayam," kata Ellena, Ketua Yayasan Masyarakat Peduli. Bagi warga Jalan Pejanggik 65, Kelurahan Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, ini, induk ayam digambaarkan selalu berbagi kehangat dengan janin dalam telur yang tengah dieraminya.
   Setelah menetas, sang induk ayam pun mengajak dan membimbing anak-anaknya mencari dan mengais makanan. Ketika sudah dewasa, jenis unggas itu bisa menjadi penunjuk waktu lewat suara kokoknya.
   Artinya, dalam proses pemberdayaan, masyarakat perlu pendampingan. Mereka perlu diajak bicara "dari hati ke hati" tentang realitas yang dihadapi sehari-hari. Lalu, dari fakta-fakta itu mereka diupayakan agar termotivasi untuk berbuat dan menemukan solusi.
  "Jalan keluar yang diyakini mampu mengatasi persoalan secara bersama-sama. Tentunya dengan potensi yang mereka miliki, tanpa bergantung pada pihak lain," kata Ellena.
   Pada pendekatan yang ditempuh Ellena tersebut bukanlah isapan jempol. Apa yang telah dia lakukan itu kemudian dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, misalnya warga di Desa Pijot, Lombok Timur.
   Usaha garam warga di Desa Pijot bisa hidup kembali dari "mati surinya" setelah "dierami" Ellena. Garam hasil usaha warga yang semula non yodium itu dijadikan produk garam beryodium.
   Bahkan, lewat jaringan kerjanya di antara sesama lembaga swadaya masyarakat (LSM), Ellena mendapat bantuan bahan-bahan formula untuk pproduk garam beryodium. Tak hanya itu, pihak eksekutif dan legislatif Lombok Timur juga "dipaksanya" untuk membuat peraturan daerah. Lalu, mereka bersama-sama mengawasi peredaran garam luar daerah yang bisa mematikan usaha garam rakyat lokal.

Desa binaan

   Belakangan, Ellena dipilih menjadi Ketua Forum Kabupaten Sehat yang beranggotakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Ini setelah desa binaannya, yakni Desa Sajang, lewat program air bersih, dan Desa Kalijaga Timur dengan sanitasi dan lingkungan, meraih juara pertama pada Lomba Kabupaten Sehat Tingkat Nasional 2011.
   Tampil sebagai pembicara dalam berbagai seminar dari Papua sampai Aceh, Ellena juga dilibatkan sebagai tim penasihat ataupun tim ahli dalam berbagai bidang yang dibentuk pihak legislatif dan eksekutif. Semua itu adalah buah keberhasilan yang menyertai kiprahnya selama ini.
   Kendati telah dilibatkan dalam berbagai institusi,Ellena tidak memanfaatkan "jabatannya" tersebut untuk mendapatkan proyek. Dia paham betul bahwa sifat "aji mumpung" seperti itu justru membuat kepercayaan publik kepadanya akan meluntur.
   Di sisi lain, bisa dikatakan tidak seorang pun mampu menghalangi Ellena untuk menggelar program yang diyakininya bisa menggerakkan inisiatif dan partisipasi warga.
   Untuk melaksanakan program tersebut, Ellena yang dinilai berbagai pihak sebagai sosok yang "gila kerja" ini tidak ragu merogoh kocek pribadi. Dia juga tidak segan menunda gaji para staf kalau ternyata uang untuk gaji stafnya tersebut diperlukan lebih dahulu guna menalangi biaya program yang dilaksanakan untuk kepentingan warga.

Mengubah pola pikir

  Sikap seperti itu pula yang ditunjukkan Ellena dalam memelopori pemasangan pipa air bersih bagi masyarakat Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.
   "Awalnya saya tidak percaya. Ironis, warga Desa Sajang yang bermukim di kaki Gunung Rinjani, yang notabene adalah sumber air, juga dikenal lewat produk bawang putihnya, justru mengalami krisis air bersih," kata Ellena, anak pasangan Yohanes Soeranto dan Rosalina Geertruida Vilanueva ini.
   Dengan filosofi induk ayam pula, Ellena berkali-kali mendatangi dan mendengar warga yang mencurahkan kesulitan mereka, terutama bagaimana mereka bisa mengatasi kesulitan air bersih yang kemudian dijadikan "isu bersama" itu.
   Warga lalu diajaknya membandingkan suasana empiris desa masa lalu dan kini. Tujuannya, lewat memori kolektif tersebut, warga akan "terbakar" semangatnya untuk mengatasi kesulitan di desanya.
   Untuk itu, Ellena kemudian merangkul pemuka masyarakat, tokoh agama, dan instansi teknis agar mau membantu. Semua itu dilakukannya sambil terus memompa semangat warga untuk mewujudkan cita-cita mereka. Pada 2009 ditemukan dua sumber air dengan debit 7 liter per detik pada ketinggian 2.200 meter di kawasan Gunung Rinjani.
   Maka, dalam waktu sekitar tiga bulan, terpasanglah pipa air sepanjang 25 kilometer dari sumber air tersebut, menerabas semak belukar dan bukit terjal berkemiringan 70 derajat-90 derajat, menuju permukiman warga.
   Saat proses pemasangan pipa berjalan, Ellena tetap turut mendampingi warga yang bergotong royong. Ia ikut menginap berhari-hari dan tidur di tempat terbuka, menahan cuaca dingin di kawasan tersebut. Dari sumber air itu, kini 1.015 keluarga atau 4.512 warga yang tersebar di empat dusun pun bisa menikmati air bersih.
   Ketika program yang diupayakannya membuahkan haasil, ada kebanggaan dan kepuasan menyertai batin Ellena. Program itu tak hanya mewujudkan cita-cita mereka secara fisik, tetapi juga dapat mengubah sikap dan pola pikir warga yang didampinginya.
   Misalnya, warga bisa menggunakan waktunya dengan lebih efektif. Sebab, mereka tidak lagi harus antre mulai pukul 03.00 guna mengambil air di sumber air terdekat. Selain untuk kepentingan rumah tangga, air itu juga cukup untuk mengairi lahan tanaman tomat yang dibudidayakan warga.
   "Kabarnya, ada 25 sepeda motor baru milik warga yang dibeli dari hasil penjualan tomat," katanya.
   Kemandirian masyarakat adalah sasaran Ellena. Oleh karena itu, manakala sasaran tercapai,  "Saya secepatnya pindah, melakukan pendampingan kepada warga di desa yang lain."
   Begitulah, "sang induk ayam" ini dengan kepak sayapnya pergi menghangatkan dan menetaskan "telur" baru di tempat yang baru. Dia berusaha mengingatkan orang lewat "kokoknya", mendampingi hingga warga mampu hidup mandiri.

Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 18 SEPTEMBER 2012

1 komentar:

  1. wow keren banget nih kak infonya.. ooo iya kak kalau ingin tahu tentang cara membuat toko online yukk disini saja.. terimakasih

    BalasHapus