Selasa, 18 September 2012

Ignasius Jonan: Mengubah Indonesia Lewat Kereta Api


IGNASIUS JONAN 

Pendidikan:
- 2004-2005: MA dari Fletcher School of Law and Diplomacy, International 
  Relation and Affairs
- 200: Senior Managers in Government Program, Harvard Kennedy School of 
  Government
- 1999: Senior Executive Program Columbia University
- 1982-1986: S-1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga
Pekerjaan:
- 2009-kini: Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia
- 2006-2008: Managing Director and Head of Indonesia Investment Banking 
  Citi
- 2001-2006: Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
- 1999-2001: Direktur Private Equity Citi
- 1986: Arthur Andersen

Tiga tahun lalu kereta api dan stasiun identik dengan kekumuhan dan kesemrawutan. Kini, datanglah ke stasiun. Anda akan melihat perubahan. kebersihan, kerja keras, dan disiplin bisa terlihat di tempat itu. Jutaan penumpang kereta api menjadi saksi.

OLEH HARYO DAMARDONO & ANDREAS MARYOTO

Di tangan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignasius Jonan, perubahan itu dimulai. Ketika diamanahi memimpin BUMN transportasi ini, ia sempat berujar kepada Sofjan Djalil, mantan Menteri BUMN, apakah dengan latar belakangnya di bidang akuntansi ia tepat mengabdi di dunia transportasi?
   Namun, begitu dilantik pada 25 februari 2009, tiga bulan pertama dilalui Jonan dengan mempelajari PT KAI dan perkeretaapian. Ia memperkenalkan sistem meritokrasi.
   "Tak ada lagi urut kacang atau persaingan antarkelompok untuk meraih posisi," ujar Jonan. Bekerja profesional menjadi keseharian pegawai PT KAI.
   Kemudian kompensasi pegawai dinaikkan secara bertahap. Dalam tiga tahun terakhir, ada beberapa jabatan yang penghasilannya dinaikkan berlipat.
   "Begitu saya tahu gajinya tak wajar, ya, harus disesuaikan, entah bagaimana caranya. Tidak mungkin pekerja yang melayani publik mendapat gaji kecil," ujarnya.
   Bagaimana perusahaan yang merugi Rp 83,4 miliar pada 2008 itu punya dana untuk menaikkan gaji? "Saya sampaikan kepada pegawai, ayo kita cari dana bersama-sama," ujarnya. Walau komponen gaji pegawai naik, PT KAI tetap mencetak laba bersih Rp 153,8 miliar pada 2009. Dua tahun terakhir, laba bersih KAI pun lebih dari Rp 200 miliar.
   Bagaimana itu mungkin? "Kalau gaji pekerja bagus, kinerjanya juga bagus," ujarnya. Ia menganalogikan dengan seekor sapi yang melintas di depan orang lapar. "Mungkin hanya butuh 1 kilogram daging, tetapi karena tak mungkin memotong secuil daging, ya dibunuh sapinya. Sebuah perusahaan juga bisa seperti sapi itu," kata Jonan.

Tentang pegawai

   Begitu memimpin KAI, ia tak langsung memangkas pegawai. "Jumlah pegawai itu tak pernah berlebih, mungkin yang kurang pekerjaannya," ujarnya. Keadilan coba ditegakkan, semisal gaji komandan di lapangan harus lebih tinggi daripada komandan di kantor.
   "Tak boleh ada toleransi dan harus konsisten saat kita memutuskan kebijakan di perusahaan layanan umum," ujar Jonan.
   Tak sekadar bicara, dia pun memberi contoh. Saat mendapati penumpang tak mampu yang hendak naik kereta tanpa membeli tiket, dia merogoh kantong. "Saya bayari sendiri," ceritanya.
   Rasa kasihan adalah urusan personal, sementara KAI adalah perusahaan negara yang harus dikelola profesional. "Kalau ada pegawai lain merasa kasihan, ya, bayari saja dari kantong mereka sendiri. Ini bukan perusahaan milik mereka, tetapi milik negara. Sistem harus ditegakkan."
   Cenderung bicara keras dan apa adanya, itulah Jonan. Masyarakat bisa merasakan saat ia menerapkan sistem boarding dan kebijakan satu nama-satu tiket. Ia tak goyah ketika ada pihak yang mengkritik.
   Penumpang kereta jarak jauh dan sedang juga harus duduk. Sementara untuk meminimalkan calo, nama di tiket harus sesuai dengan kartu identitas. Kebijakan ini bikin heboh. Penumpang terkaget-kaget.
   Banyak penumpang, bahkan pegawai KAI, dan orang penting yang angkat suara, Meski justru terkesan menyepelekan penumpang dengan mengatakan, mungkinkah penumpang kereta diatur seperti itu? Bagaimanapun, hasilnya penumpang nyaman.
   Siapa pun yang keberatan dengan sistem itu boleh melongok Stasiun Pasar Senen yang kini nyaman. Sistem boarding tak sekadar membuat stasiun lebih bersih, juga mengamankan pendapatan KAI. Namun, yang terpenting, mampu mengedukasi masyarakat.
   Awalnya pegawai KAI mengeluhkan sulitnya mengajari penumpang antre. namun, lambat laun, penumpang sendiri yang mengakui antre membuat mereka lebih nyaman.
   Apabila dulu pegawai PT KAI harus mengancam menurunkan penumpang yang merokok, pascaditerapkannya larangan merokok pada Maret 2012, sesama penumpang mengingatkan penumpang lain yang merokok di atas kereta.
   Komisi Nasional Pengendalian Tembakau pun menghargai komitmen KAI dalam melarang aktivitas merokok di atas kereta dan lingkungan stasiun.
Inovasi juga diluncurkan PT KAI awal Agustus silam. Pembelian tiket bisa melalui situs http://www.kereta-api.co.id. Lewat sistem ini calon penumpang lebih mudah membeli tiket.
   Alhasil, dalam penutupan Pos Koordinasi Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu tahun 2012. Selasa (28/8), hanya moda kereta api yang mendapat pujian. Menteri Perhubungan pun melontarkan niatnya menerapkan sistem boarding di terminal bus dan pelabuhan.

Tak ragu

   Perubahan-perubahan itulah yang dirasakan penumpang kereta api. Mereka tak lagi berdesak-desakan di stasiun. Kebersihan di stasiun dan kereta api terjaga. Jadwal keberangkatan dan kedatangan juga semakin sesuai dengan yang dijanjikan.
   Perubahan itu dilakukan Jonan dengan tegas tanpa pandang bulu. Mengapa berani?
   "Ini dari ketiadaan vested interest pada diri saya. Kalau tidak punya kepentingan tertentu, kita takkan ragu memutuskan atau berbuat apapun," ujar Jonan.
   Empat puluh sembilan tahun lalu, Jonan lahir di Singapura. Ia tumbuh dalam keluarga yang mapan, kemudian berkarier gemilang pada perusahaan finansial multinasional. Maka, boleh dikatakan, hari-harinya di PT KAI dijalani sebagai sebuah pengabdian.
   Setelah 3,5 tahun memimpin PT KAI, apakah kini gairahnya tertuju pada perkeretaapian? "Bagi saya, yang penting pekerjaan ini bermanfaat buat banyak orang," ujar Jonan.
   Dia yakin kereta api merupakan bagian dari solusi masalah di Indonesia. Sebagai contoh, mengenai banyaknya korban dalam arus mudik, Jonan menawarkan solusi untuk Lebaran 2013.
   "Apabila pemerintah mau menyubsidi pengangkutan sepeda motor dengan kereta, KAI akan mengangkut 300.000 motor pulang-pergi. Mengapa kami butuh subsidi? Karena pemudik butuh tarif yang terjangkau. Tanpa itu, mereka tetap akan menantang bahaya untuk mudik," katanya.
   Dari kereta api kita bisa bercermin, sesungguhnya Indonesia mampu berubah. Disiplin, kerja keras, dan kejujuran bisa dibangkitkan kembali melalui contoh langsung.

Dikutip dari KOMPAS, JUMAT, 31 AGUSTUS 2012

1 komentar:

  1. semenjak dipimpin pak I.J memag kereta api telah mengalami perubahan namun perubahan untuk lebih baik belum seutuhnya mungkin dikarenakan jajaran dibawah pimpinan pak I.J tidak mendukung dengan sepenuh hati. evaluasi adalah salah satu langkah untuk perubahan yang lebih baik.
    selamat kepada pak I.J atas terbitnya buku "Jonan & Evolusi Kereta Api Indonesia"

    BalasHapus