MARY LOUISE (MERYL) STREEP
Lahir: New Jersey, AS, 22 Juni 1949
Penghargaan 1978-2012:
- 17 nominasi Academy Awards, memenangi tiga di antaranya
- 25 nominasi Golden Globe, memenangi delapan di antaranya
- Tiga nominasi penghargaan Emmy, memenangi dua di antaranya
Filmografi antara lain:
- The Deer Hunter, 1978
- Out of Africa, 1985
- Adaptation, 2002
- Lion for Lambs, 2007
- Doubt, 2008
- Juliee & Julia, 2009
- It's Complicated, 2009
JEAN DUJARDIN
Lahir: Rueil-Malmaison Hauts-de-Seine, Perancis, 19 Juni 1972
Penghargaan 2006-2012:
- Academy Award 2012, aktor pemeran utama terbaik, The Artist
- Cannes Film Festival 2011, aktor terbaik, The Artist
- Golden Globe 2012, aktor terbaik kategori komedi atau musikal, The Artist
- Etoiles d'Or 2007, aktor pemeran utama terbaik, OSS,117: Le Caire,
nid d'espions
Filmografi antara lain:
- Les Infideles, 2012
- Lucky Luke, 2009
- Contre-enquete, 2007
Kodak Theater di Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (26/2) malam bergemuruh. Hadirin menyambut Meryl Streep sebagai penerima penghargaan Academy awards 2012 sebagai aktris pemeran utama terbaik dan Jean Dujardin sebagai aktor pemeran utama terbaik.
OLEH NUR HIDAYATI
Academy Awards, kerap disebut penghargaan Oscar, bagi Meryl Streep ini bukan saja membuktikan kematangan sebagai aktris, melainkan juga kematangannya sebagai perempuan. Menjadi aktris, bagi dia, juga berarti terus berusaha memahami diri sendiri.
Peran sebagai mantan perdana menteri Inggris Margaret Thatcher dalam film Iron Lady mengantar penghargaan Oscar untuk ketiga kalinya bagi Streep. Dua Oscar sebelumnya, dia dapat berkar Kramer vs Kramer (1980) dan Sophie's Choice (1983)
"Penantian" Streep untuk sampai pada Oscar yang ketiga itu sungguh produktif. Dalam rentang 18 tahun, sejak tahun 2003, Streep, dua belas kali dinominasikan menerima Oscar, juga meraih delapan penghargaan Golden Globe dan dua Emmy.
Dalam wawancara dengan majalah Vogue (Januari 2012), Streep menggambarkan, The Iron Lady berkisah tentang perempuan, kekuasaan, dan juga rekonsiliasi dengan diri sendiri ketika kekuasaan dan masa keemasan berlalu dalam kehidupan.
Secara pribadi, ia mengaku selalu terpikat pada fakta bahwa setiap orang menjadi tua. Dalam perjalanan usia itu, selalu ada trauma, drama, dan cinta.
Menjadi tua juga diperlihatkan Streep sebagai proses alami yang tak melunturkan kecantikannya. Tak heran, ia menjadi aktris tertua yang dipotret untuk sampul Vogue.
Sebagai aktris, Streep dikenal sebagai perfeksionis yang selalu bekerja keras untuk mempersiapkan peran. Bukan sekadar riset dan latihan-untuk mengubah aksen dan bahasa tubuh misalnya-tetapi juga menjaga stamina fisik dan mentalnya.
Streep punya alasan tersendiri untuk selalu memacu diri memberikan penampilan terbaik dalam setiap film. "Saya agak dogmatis dan itu bisa jadi sangat buruk. Kalau anda menyadari diri, seperti para aktor, banyak hal seperti terserap masuk, termasuk kritik. Saya tak suka dikritik," ujar Streep kepada The New York Times (23/12/2011).
Sutradara The Iron Lady, Phylida Lloyd, menambahkan, begitu pun Thatcher. Pada masanya, perempuan perdana menteri itu tak bisa menunjukkan-dan mengakui-kelemahan di tengah sorotan publik yang masih patriarkis. Karena itu, kata Lloyd, memerankan Thatcher membutuhkan semua yang dipunyai Streep, yakni karisma, kehangatan, dan kematangan pribadi.
Penampilan terbaik itu disuguhkan Streep untuk setiap perannya. Situs film IMDB, misalnya, mencatat, ia berlatih memainkan biola enam jam sehari selama delapan pekan untuk memerankan seorang guru musik dalam Music of the Heart (1999).
Untuk film yang tak terlalu diperhitungkan dalam ajang Academy Awards, seperti Mamma Mia! (2008), pun, Streep membuktikan komitmen penuh. Ia membuat film itu lekat pada ingatan penggemarnya dengan totalitas bernyanyi dan menari secara begitu atraktif. Padahal, usianya hampir 60 tahun saat film itu dibuat.
Dalam kehidupan pribadi, Streep dipandang langka di kalangan selebritas Hollywood. Ia adalah ibu empat anak, buah pernikahan yang bertahan lebih dari 33 tahun dengan Don Gummer, pematung. Dalam pidato penerimaan Oscar Minggu malam itu, kepada sang suami Streep mengalamatkan ucapan terima kasih yang pertama.
"Dicuri" Perancis
Ajang penganugerahan penghargaan Oscar 2012 di jantung Hollywood seolah "dicuri" Perancis ketika penghargaan aktor pemeran utama terbaik diberikan kepada aktor Jean Dujardin lewat perannya dalam The Artist. Bahkan, The Artist, film hitam putih dan bisu itu pun kemudian diumumkan sebagai film terbaik tahun ini.
Dujardin menjadi aktor Perancis pertama yang memenangi Oscar. Sebelumnya, Perancis hanya "diwakili" sejumlah aktrisnya, seperti Marion Cotillard dan Juliette Binoche, dalam kompetisi Oscar.
Dujardin dikenal publik Perancis pada akhir tahun 1990-an. Ia memulai kariernya dari film seri televisi, Un gars et une fille, pada 1999-2003. Sebagai pekerja film, kepiawaiannya terbukti bukan hanya dalam ranah berakting, melainkan juga sebagai sutradara dan penulis skenario.
Masyarakat film yang lebih luas mengenalnya ketika Dujardin berperan dalam Lucky Luke (2009) sebagai si jagoan yang menembak lebih cepat dari bayangannya itu.
Sebagai aktor, ia lebih dikenal bergelut dalam genre komedi. Namun, The Artist, film arahan sutradara Perancis, Michel Hazanavicius, ini membuktikan bahwa Dujardin lebih dari sekadar jago mengocok perut atau mengundang decak kagum dengan keluwesan gerak tubuhnya menari.
Memerankan George Valentin, aktor pada akhir era film hitam putih tahun 1920, Dujardin menyuguhkan deskripsi karakter dan emosi tanpa kata-kata. Kekuatan film ini mengikat perhatian penonton ditumpukan pada kepiawaian dia aberakting dengan gerak tubuh, mimik wajah, dan berekspresi lewat sorot mata.
Lewat The Artist, Dujardin merefleksikan sosok yang dibayangkan publik sebagai pria flamboyan ala Perancis, lengkap dengan senyum dan kerlingan memikat.
"Orang datang untuk melihat aku, bukan mendengarkanku bicara," begitu sosok Valentin dihadirkan Dujardin.
Di panggung, ketika menerima penghargaan Oscar, Dujardin mengakhiri ucapan terima kasihnya dengan berseru, "Kalau George Valentine bisa bicara, dia akan bilang......Merci beaucoup!"
Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 28 FEBRUARI 2012
JEAN DUJARDIN
Lahir: Rueil-Malmaison Hauts-de-Seine, Perancis, 19 Juni 1972
Penghargaan 2006-2012:
- Academy Award 2012, aktor pemeran utama terbaik, The Artist
- Cannes Film Festival 2011, aktor terbaik, The Artist
- Golden Globe 2012, aktor terbaik kategori komedi atau musikal, The Artist
- Etoiles d'Or 2007, aktor pemeran utama terbaik, OSS,117: Le Caire,
nid d'espions
Filmografi antara lain:
- Les Infideles, 2012
- Lucky Luke, 2009
- Contre-enquete, 2007
Kodak Theater di Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (26/2) malam bergemuruh. Hadirin menyambut Meryl Streep sebagai penerima penghargaan Academy awards 2012 sebagai aktris pemeran utama terbaik dan Jean Dujardin sebagai aktor pemeran utama terbaik.
OLEH NUR HIDAYATI
Academy Awards, kerap disebut penghargaan Oscar, bagi Meryl Streep ini bukan saja membuktikan kematangan sebagai aktris, melainkan juga kematangannya sebagai perempuan. Menjadi aktris, bagi dia, juga berarti terus berusaha memahami diri sendiri.
Peran sebagai mantan perdana menteri Inggris Margaret Thatcher dalam film Iron Lady mengantar penghargaan Oscar untuk ketiga kalinya bagi Streep. Dua Oscar sebelumnya, dia dapat berkar Kramer vs Kramer (1980) dan Sophie's Choice (1983)
"Penantian" Streep untuk sampai pada Oscar yang ketiga itu sungguh produktif. Dalam rentang 18 tahun, sejak tahun 2003, Streep, dua belas kali dinominasikan menerima Oscar, juga meraih delapan penghargaan Golden Globe dan dua Emmy.
Dalam wawancara dengan majalah Vogue (Januari 2012), Streep menggambarkan, The Iron Lady berkisah tentang perempuan, kekuasaan, dan juga rekonsiliasi dengan diri sendiri ketika kekuasaan dan masa keemasan berlalu dalam kehidupan.
Secara pribadi, ia mengaku selalu terpikat pada fakta bahwa setiap orang menjadi tua. Dalam perjalanan usia itu, selalu ada trauma, drama, dan cinta.
Menjadi tua juga diperlihatkan Streep sebagai proses alami yang tak melunturkan kecantikannya. Tak heran, ia menjadi aktris tertua yang dipotret untuk sampul Vogue.
Sebagai aktris, Streep dikenal sebagai perfeksionis yang selalu bekerja keras untuk mempersiapkan peran. Bukan sekadar riset dan latihan-untuk mengubah aksen dan bahasa tubuh misalnya-tetapi juga menjaga stamina fisik dan mentalnya.
Streep punya alasan tersendiri untuk selalu memacu diri memberikan penampilan terbaik dalam setiap film. "Saya agak dogmatis dan itu bisa jadi sangat buruk. Kalau anda menyadari diri, seperti para aktor, banyak hal seperti terserap masuk, termasuk kritik. Saya tak suka dikritik," ujar Streep kepada The New York Times (23/12/2011).
Sutradara The Iron Lady, Phylida Lloyd, menambahkan, begitu pun Thatcher. Pada masanya, perempuan perdana menteri itu tak bisa menunjukkan-dan mengakui-kelemahan di tengah sorotan publik yang masih patriarkis. Karena itu, kata Lloyd, memerankan Thatcher membutuhkan semua yang dipunyai Streep, yakni karisma, kehangatan, dan kematangan pribadi.
Penampilan terbaik itu disuguhkan Streep untuk setiap perannya. Situs film IMDB, misalnya, mencatat, ia berlatih memainkan biola enam jam sehari selama delapan pekan untuk memerankan seorang guru musik dalam Music of the Heart (1999).
Untuk film yang tak terlalu diperhitungkan dalam ajang Academy Awards, seperti Mamma Mia! (2008), pun, Streep membuktikan komitmen penuh. Ia membuat film itu lekat pada ingatan penggemarnya dengan totalitas bernyanyi dan menari secara begitu atraktif. Padahal, usianya hampir 60 tahun saat film itu dibuat.
Dalam kehidupan pribadi, Streep dipandang langka di kalangan selebritas Hollywood. Ia adalah ibu empat anak, buah pernikahan yang bertahan lebih dari 33 tahun dengan Don Gummer, pematung. Dalam pidato penerimaan Oscar Minggu malam itu, kepada sang suami Streep mengalamatkan ucapan terima kasih yang pertama.
"Dicuri" Perancis
Ajang penganugerahan penghargaan Oscar 2012 di jantung Hollywood seolah "dicuri" Perancis ketika penghargaan aktor pemeran utama terbaik diberikan kepada aktor Jean Dujardin lewat perannya dalam The Artist. Bahkan, The Artist, film hitam putih dan bisu itu pun kemudian diumumkan sebagai film terbaik tahun ini.
Dujardin menjadi aktor Perancis pertama yang memenangi Oscar. Sebelumnya, Perancis hanya "diwakili" sejumlah aktrisnya, seperti Marion Cotillard dan Juliette Binoche, dalam kompetisi Oscar.
Dujardin dikenal publik Perancis pada akhir tahun 1990-an. Ia memulai kariernya dari film seri televisi, Un gars et une fille, pada 1999-2003. Sebagai pekerja film, kepiawaiannya terbukti bukan hanya dalam ranah berakting, melainkan juga sebagai sutradara dan penulis skenario.
Masyarakat film yang lebih luas mengenalnya ketika Dujardin berperan dalam Lucky Luke (2009) sebagai si jagoan yang menembak lebih cepat dari bayangannya itu.
Sebagai aktor, ia lebih dikenal bergelut dalam genre komedi. Namun, The Artist, film arahan sutradara Perancis, Michel Hazanavicius, ini membuktikan bahwa Dujardin lebih dari sekadar jago mengocok perut atau mengundang decak kagum dengan keluwesan gerak tubuhnya menari.
Memerankan George Valentin, aktor pada akhir era film hitam putih tahun 1920, Dujardin menyuguhkan deskripsi karakter dan emosi tanpa kata-kata. Kekuatan film ini mengikat perhatian penonton ditumpukan pada kepiawaian dia aberakting dengan gerak tubuh, mimik wajah, dan berekspresi lewat sorot mata.
Lewat The Artist, Dujardin merefleksikan sosok yang dibayangkan publik sebagai pria flamboyan ala Perancis, lengkap dengan senyum dan kerlingan memikat.
"Orang datang untuk melihat aku, bukan mendengarkanku bicara," begitu sosok Valentin dihadirkan Dujardin.
Di panggung, ketika menerima penghargaan Oscar, Dujardin mengakhiri ucapan terima kasihnya dengan berseru, "Kalau George Valentine bisa bicara, dia akan bilang......Merci beaucoup!"
Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 28 FEBRUARI 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar