Rabu, 14 Maret 2012

Adi W Gunawan: Teknologi Pikiran, Buku, dan Pendidikan

ADI W GUNAWAN
Lahir: Tarakan, Kalimantan Timur, 21 September 1968
Istri: Stephanie Rosaline Chandra
Anak:
- Dyah Ayu Kusumawardhani Gunawan (16)
- Dyah Ayu Kumalasari Gunawan (13)
- Dyah Ayu Permatasari Gunawan (11)
Pendidikan:
- S-1 Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Jawa Timur 
- S-2 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
- S-3 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang
Pekerjaan, antara lain:
- Direktur dan Kepala Peneliti Adi W Gunawan Institute of Mind Technology 
  (2011-kini)
- Pelatih pada Quantum Life Transformation (2008-kini)
- Konsultan pendidikan 

Adi W Gunawan telah merampungkan tidak kurang dari 18 judul buku yang sebagian besar membahas tentang teknologi pikiran. Buku-buku karangan Adi umumnya laris pula di pasaran, terjual rata-rata lebih dari 6.000 eksemplar.

OLEH SUSIE BERINDRA

Meskipun mengakui tidak mudah menulis sebuah buku, pada saat-saat tertentu, Adi bisa menyelesaikan sebuah buku hanya dalam waktu sekitar tiga bulan. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Sebagian besar buku-buku karyanya yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, 15 judul di antaranya, termasuk yang terlaris.
     "Buku pertama saya berjudul Born to be a Genius. Isinya tentang solusi berbagai permasalahan terkait dengan nilai pendidikan anak-anak di sekolah. Dengan mengujicobakan gagasan yang ada di buku ini, orang tua akan memahami gaya belajar anak, membangkitkan potensi anak, dan akhirnya sadar bahwa anak Anda ternyata jenius," ungkap Adi.
     Setelah itu, buku-buku karya Adi pun mengalir, di antaranya berjudul Genius Learning Strategy, Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?, Manage Your Mind for Success, dan Kesalahan Fatal dalam Mengejar impian.
     Kebanyakan buku-buku tersebut berisi tentang teknologi pikiran, hipnoterapi, dan pendidikan. Adi mengaku merasa nyaman jika menulis sesuatu yang memang dikuasainya benar. Bahkan, menguasai materi yang hendak dituliskan itu menjadi salah satu syarat bagi dia dalam menghasilkan buku.
     "Buku itu akan menarik jika kita mampu menyajikan tema yang dibahas dengan selengkapnya. Kalau kita tidak sungguh-sungguh menguasai masalahnya, akan langsung tampak dalam tulisan," katanya.
     Adi mengaku, dia pun harus menjadi praktisi di bidang yang ditulisnya, bukan sekadar menulis hasil studi literatur. "Jika kita ingin menulis tentang bagaimana meraih sukses, kita harus sukses dulu. Jika mau menulis buku bisnis, harus punya bisnis dulu dan berhasil. Isi buku akan lebih kaya dan menarik untuk dibaca," tutur Adi.
     Misalnya, buku berjudul Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian. Buku ini berisi kumpulan artikel yang merupakan hasil perenungan dan pencarian Adi belajar dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. "Sukses yang kita lihat bukanlah sesuatu yang bersifat instan. Sukses membutuhkan proses yang panjang dan berkelanjuan," kata Adi.
     Hal lain yang menurut dia penting bagi seorang penulis adalah disiplin diri. Setiap hari mengharuskan dirinya untuk menulis meskipun terkadang hanya menghasilkan beberapa lembar kertas.
     "Setiap orang punya mood menulis yang berbeda-beda. Bagi saya, waktu yang paling enak buat menulis adalah malam hari. Saat suasana hening, ide-ide saya mudah keluar. Ini membuat saya bisa menulis dengan cepat. kalau sudah begini, dalam sehari bisa menulis satu bab," katanya.

Teknologi pikiran

     Sebelum dikenal sebagai salah seorang penulis buku laris, Adi berprofesi sebagai hipnoterapis klinis. Dengan mempelajari teknologi pikiran, Adi mengetahui berbagai ilmu mengenai sifat-sifat pikiran, bentuk-bentuk pikiran, dan proses berpikir.
     Adi yang berlatar pendidikan teknik elektro mengaku tertarik dunia hipnoterapi sejak lulus kuliah dari Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Adi membantu bisnis ayahnya yang tinggal di Tarakan, Kalimantan Timur.
     "Seharusnya, sebagai anak tertua, saya diminta meneruskan bisnis ayah saya. Tetapi saya ingin menjalani bisnis yang berbeda. Saat itulah, saya tertarik dengan dunia pikiran,"ujarnya.
     Pada 1993, Adi memutuskan belajar hipnoterapi dengan Silva Method di Surabaya. Silva Method merupakan teknik mengolah pikiran dengan relaksasi. Adi memperdalam pengetahuan dan kemampuan aplikasi praktis teknologi pikiran dengan mempelajari teknik peningkatan dan pemberdayaan potensi manusia, khususnya dalam bidang pendidikan, di The Accelerated Learning Institute and Training Centre, Las Vegas, Amerika Serikat, pada 2002. 
     Pada 2007, Adi memutuskan mendirikan Quantum Hypnosis Indonesia (QHI). Lembaga pendidikan ini merupakan wadah bagi siapa saja yang tertarik mendalami bidang hipnoterapi. Workshop pertama diselenggarakan pada Maret 2008. Saat itu, Adi telah mempunyai pengalaman memberikan terapi kepada pasien selama empat tahun. "Saya berpikir, seandainya ada minimal 10 orang yang mampu melakukan apa yang bisa saya lakukan, akan ada lebih banyak orang yang bisa kami bantu," katanya.
     Seiring berjalannya waktu, QHI telah mengajarkan peserta sampai 13 angkatan. Saat ini, Adi mempunyai program seratus jam hipnoterapi klinis dengan biaya Rp 40 juta. Murid QHI sudah mencapai ratusan orang. Bahkan, banyak murid yang juga membuka praktik hipnoterapi klinis.
     "Saya berusaha memperbarui materi pengajaran di kelas karena ilmu hipnoterapi terus berkembang," kata pengajar tunggal bagi murid-muridnya itu.

Beban sekolah

     Perhatiannya kepada pendidikan dimulai dari seringnya Adi mendengar keluhan siswa sekolah formal yang harus belajar dari pagi sampai sore hari. "Dari siswa SD sampai SMA suka mengeluh beratnya tugas belajar mereka. Ini pun masih ditambah dengan pekerjaan rumah," katanya.
     Jadilah pada 2004 bersama sang istri, Stephanie Rosaline Chandra, Adi mendirikan Sekolah Anugerah Pekerti yang melayani siswa playgroup sampai SMP. Dia lalu bercerita tentang cara mengajar di Sekolah Anugerah Pekerti yang berbeda dari sekolah pada umumnya.
     "Biasanya guru masuk kelas dan langsung mengajar, padahal belum tentu semua siswa sudah siap menerima pelajaran," katanya. Siswa dipersiapkan lewat cara yang dianggap bisa menarik konsentrasi mereka belajar. Misalnya, guru menarik perhatian siswa dengan bermain sulap atau mengajar dengan bercerita dan lewat permainan.
     "Guru juga bisa membuat jembatan keledai atau singkatan untuk membantu siswa dalam menghapal," kata Adi. Kata "mejikuhibiniu", misalnya, untuk menghafalkan urut-urutan spektrum pelangi (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).
     Agar siswa berkembang maksimal, sekolah pun menjalin komunikasi dengan orangtua siswa."Minimal dua kali dalam setahun kami mengumpulkan para orangtua siswa untuk memberikan materi bagaimana membantu anak-anaknya belajar," kata Adi.

Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 13 MARET 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar