DJITRON KORIYON PAH
Lahir: 26 Juni 1984 di Desa Oebelo, Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur
Orangtua: Jeremias Pah
Pengalaman:
- Juara I Solo Sasando pada Festival Sasando Piala Presiden di Kupang, NTT
- Tampil di Istana Negara pada acara peringatan Kemerdekaan RI 2009
- Tampil pada acara televisi "Indonesia's Got Talent 2010", Pemenang ke-5
dari 14.000 peserta
Lagu "Indonesia Raya" berdenting dari sasando yang dimainkan Djitron Pah. Permainan lagu kebangsaan itu seperti maklumat Djitron yang ingin memperkenalkan instrumen petik tradisional khas Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
OLEH FRANS SARTONO
Djitron Pah (28), lelaki asal Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, itu datang ke Jakarta dua tahun lalu. Ia ingin mewujudkan cita-cita memperkenalkan sasando kepada kaum muda. Ia tahu benar jalan yang harus dilewatinya, yakni jalur budaya pop.
Sasando pun ia keluarkan dari predikatnya sebagai alat musik tradisional. Maka, oleh Djitron, sasando diajak memainkan lagu pop, semisal lagu Beatles "Yesterday" atau "Hey Jude". Ia juga suka memainkan "Imagine" nya John Lennon.
Sasando, alat petik yang menggunakan daun lontar sebagai resonator itu, di tangan Djitron merdu mendentingkan lagu Michael Jackson, seperti "Heal The world" dan "Black or White".
Sasando juga diajaknya berkelana ke alam musik R&B lewat lagu Alicia Keys, "If I Ain't Got You". Soal repertoar tentu tergantung di mana Djitron tampil. Pada acara-acara tertentu ia bahkan mengajak sasando-nya mendentingkan lagu dangdut "Alamat Palsu" dari Ayu Tingting.
"Ya, supaya sasando juga bisa mengikuti zaman. Saya berani menerobos, mencoba untuk memainkan lagu-lagu yang semula saya kira sulit dimainkan dengan sasando," kata Djitron yang tengah menyiapkan diri untuk tampil dalam "Konser Kemerdekaan 2012" di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 1-2 September mendatang.
Bukan sekali ini Djitron tampil dalam konser besar. Sebelumnya ia pernah menjadi semacam pemain tamu dalam konser band Padi dan Naif di Kupang.
Mengapa ia memilih jurus pop? "Saya pengin bikin orang tahu bahwa sasando itu tidak cuma bisa memainkan lagu daerah. Saya ingin sasando bisa masuk ke semua aliran musik," kata Djitron yang namanya mulai dikenal ketika muncul dalam acara televisi Indonesia's Got Talent tayangan Indosiar tahun 2010.
Respons publik cukup melegakan. "Banyak yang heran dan kaget, ternyata Indonesia punya alat musik seperti ini."
Lebih lega lagi, ternyata banyak anak muda Jakarta yang berminat belajar sasando. Maka, Djitron pun dengan senang hati bersedia mengajari mereka, termasuk melalui les privat.
Di luar tradisi
Penampilan Djitron di pentas mengikuti kelaziman panggung hiburan modern. Tak seperti pemain sasando tradisional yang memainkan sasando dengan cara dipangku, Djitron bermain dengan cara berdiri.
Ia menempatkan sasando pada stand atau tiang penyangga seperti halnya tiang penyangga mikrofon.
Sasando dimainkan menggunakan perangkat elektrik yang bisa dihubungkan dengan alat pengeras suara sehingga alat petik bersuara bening itu terdengar lantang tanpa kehilangan kelembutannya.
Meski sasando telah diajak masuk dunia pop, Djitron terkadang masih tampil dengan kostum tradisional saat bermain sasando. Ia tetap mengenakan ti'ilangga atau solanga, topi khas Pulau Rote yang terbuat dari daun lontar. Djitron juga berselempangkan tatais, selendang dari kain tenun. Ia memakai sarung tradisional yang disebut lafa.
"Itu memang sudah wajib bagi setiap pemain sasando. Namun, tidak setiap perform saya memakai pakaian adat itu. Saya menyesuaikan (diri dengan) acaranya."
Bagaimanapun Djitron tumbuh melewati tahapan kehidupan tradisi pemain sasando. Ia masih terlibat ketika ayahnya, Jeremias Pah (74), seniman dan pembuat sasando, memainkan lagu tradisional dalam acara-acara adat, seperti panen, syukuran, dan perkawinan. Ia memainkan lagu tradisional, seperti "Batu Matia", "Lelendo", dan "Teo Renda" yang dianggap sakral.
Sebagai generasi baru pemain sasando yang lahir pada era 1980-an, Djitron kecil juga memainkan lagu anak-anak, seperti "Ke Puncak Gunung."
Persentuhannya dengan pergaulan remaja era 1990-an menjadikan Djitron akrab dengan lagu-lagu pop pada zaman ketika MTV mewabahkan budaya pop sampai ke berbagai sudut bumi.
Di Jakarta, Djitron berada di luar ranah tradisi yang melahirkan sasando. Ia berhadapan dengan "tradisi baru" dunia modern, dunia industri. Sasando pun ia bawa ke "upacara" yang digelar masyarakat industri, seperti pada peluncuran produk yang diadakan bank atau acara seremonial, semisal pembukaan pameran yang diadakan pemerintah.
Bahkan, sasando bisa masuk dalam acara makan malam. Pada ranah itulah sasando Djitron mendentingkan lagu-lagu Beatles dan sejenisnya. Prinsipnya, sasando harus bisa bicara di wilayah nontradisi, pada zaman yang berubah.
Turun-temurun
Djitron lahir dari keluarga besar Pah, seniman dan pembuat sasando asal Pulau Rote. Ayahnya adalah pemain dan perajin sasando yang kini bermukim di Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, NTT.
Ayah Djitron mewarisi kemampuan membuat dan memainkan sasando dari sang ayah alias kakek Djitron, yaitu Aougust Pah. Sang kakek adalah salah seorang yang ikut mengembangkan sasando di Rote pada awal 1900-an.
"Kakek saya hidup pada masa ketika sasando hampir berada di titik kepunahan. Beliau adalah salah satu dari sedikit orang yang mempertahankan sasando di Rote," kata Djitron tentang leluhurnya yang berasal dari Desa Lalukoen, Rote Barat Daya.
Aougust Pah meninggal pada 1972 dan Jeremias pun melanjutkan tongkat estafet sebagai pengembang sasando. Pada 1985, Jeremias hijrah dari Rote ke Desa Oebelo, Kupang Tengah, di Pulau Timor. Kini, muncul generasi ketiga dari keluarga Pah, yang antara lain memunculkan nama Djitron sebagai pemain dan pembuat sasando.
Bagaimana reaksi sang ayah, Jeremias Pah, atas terobosan Djitron?
"Ayah saya bilang, "Kalau saya bisa main seperti kamu, saya tidak akan di sini (Kupang) terus. Saya sudah keliling dunia," kata Djitron menirukan ucapan sang ayah.
Djitron setidaknya telah mewujudkan impian keluarga Pah untuk menjadikan sasando sebagai bagian dari keluarga besar alat musik Indonesia. Dalam konser kemerdekaan, dia akan memainkan "Indonesia Raya".
Dikutip dari KOMPAS, KAMIS, 30 AGUSTUS 2012