Selasa, 07 Agustus 2012

Sriana Kristianingrum: Pemberdaya Orang dengan Penyakit Kusta


SRIANA KRISTIANINGRUM

Lahir: Madiun, Jawa Timur, 20 Juli 1979
Pendidikan:
- SDN Gunungsari, Kabupaten Madiun, lulus 1991
- SMPN 1 Nglames, Kabupaten Madiun, 1994
- SPK dr Soedono, Madiun, 1998
- D-3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah, Ponorogo, Jawa Timur, 2005
Pekerjaan:
- Tenaga honorer di ruang rawat inap Puskesmas Balerejo, Madiun, 1999-2007
- Calon pegawai negeri sipil di Puskesmas Balerejo, 2007-2008
- Pengelola kusta, TB, dan infeksi menular seksual di Puskesmas Balerejo, 
  2008-kini
Aktivitas:
- Perawat Puskesmas Balerejo
- Koordinator Pemberantasan Penyakit Menular Puskesmas Balerejo
- Pengelola Program Kusta, TB, dan IMS
- Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia Kabupaten Madiun
- Instruktur Senam Aerobik Kabupaten Madiun
- Instruktur Senam Lansia
- Ketua Tim Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Desa Sogo, Balerejo
Prestasi:
- Juara I Senam Lansia Kabupaten Madiun, 2010
- Juara I Kreativitas Kelompok Budaya Kerja Provinsi Jatim, 2011
- Juara III Kelompok Perawatan Dini Kusta Jatim, 2011
- Perawat Teladan Provinsi Jatim, 2012

Merawat penderita kusta menuntut kemampuan mengatasi perasaan jijik dan ketakutan tertular penyakit. Selain itu, rangkulan terhadap mereka juga penting demi sukses pengobatan. Karena itulah, Sriana Kristianingrum memilih pemberdayaan dengan latihan keterampilan dan senam. Ini memadukan terapi, hiburan, dan ruang berinteraksi.

OLEH RUNIK SRI ASTUTI

Perasaan senang dan haru mengacak hati Sriana, perawat di Puskesmas Balerejo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Beberapa hari lalu dia menerima undangan untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2012 nanti.
   Kesempatan langka itu tidak jatuh dari langit. Prestasinya sebagai juara I perawat teladan tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2012 yang mengantarkan dia menjadi tamu kehormatan. Inilah buah perjuangan panjang nan berliku yang dilaluinya selama mendampingi penderita kusta di Madiun.
   "Saya tak pernah meminta atau berharap imbalan atas apa yang sudah saya lakukan. Niat saya ikhlas, semata membantu para penderita kusta supaya mereka sembuh dan dapat menjalani kehidupan seperti halnya manusia normal lain," ujarnya pada pengujung Juli 2012.
  Sebagai perawat kusta, Sriana sering berhadapan dengan borok yang menjijikkan atau kulit yang menghitam dan menebal. Tak jarang penderita kusta yang ia temui telah mengalami kecacatan fisik permanen, seperti jari tangannya tinggal separuh, jari kakinya hilang, bahkan hidungnya tinggal sebagian.
   Masyarakat awam sering memandang kusta sebagai aib. Mereka cenderung menutupi jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Alasannya, khawatir diasingkan dari lingkungan karena dinilai mengidap penyakit yang menjijikkan.
   "Banyak penderita minta dirahasiakan penyakitnya hanya karena khawatir tak ada tetangga yang mau menghadiri kenduri di rumahnya. Saya tidak bisa menyalahkan mereka. Sebaliknya, saya hanya menjaga amanah mereka," katanya.

Stigma

   Stigma negatif itulah yang menghambat pemberantasan penyakit kusta dan pengobatan bagi penderita. Pasien tak akan datang ke puskesmas apabila Sriana hanya duduk di belakang meja. Ia harus bergerak mencari dan menemukan orang dengan penyakit kusta. Ia pergi mengunjungi setiap rumah.
   Seperti memilah jarum di tumpukan jerami, pencarian penderita kusta tak mudah. Apalagi setelah berhasil menemukan, ia harus memberikan penyuluhan agar penderita bersedia ke puskesmas. Ditolak, bahkan diusir oleh penderita kusta, pernah ia alami.
   Penolakan itu tak membuatnya mundur. Ketika penderita kusta mulai malas berobat, misalnya, ia berusaha mengingatkan. Ia tak henti menyuntikkan semangat supaya pasien tekun menjalani pengobatan. Sebab, hanya dengan ketekunan, pengobatan itu dapat dituntaskan.
   Untuk membangun kebersamaan di antara penderita, istri Sufyan Mashuri ini membentuk Kelompok Perawat Diri Ngudi Sehat. Kelompok ini menghimpun penderita kusta di Kabupaten Madiun tanpa batasan usia. Kegiatannya, mengampanyekan penyakit kusta dan pencegahannya, mendorong pemeriksaan dini untuk mencegah cacat fisik, dan memberikan dukungan moril untuk membangkitkan kepercayaan diri orang dengan kusta.
   "Setiap pertemuan yang diadakan minimal sebulan sekali diisi kegiatan yang bervariasi. Selain perawatan diri, yakni merendam dan menggosok dengan minyak bagian tubuh yang terkena kusta, juga ada pelatihan keterampilan," ucapnya.
   Keterampilan ini menjadi modal membangun masa depan mereka. Karena itu, keterampilan yang diajarkan tak semata mudah dan murah, tetapi bernilai ekonomi. Contohnya, membuat meja lipat anak, sulam jilbab, membuat gantungan kunci, dan memberi motif pada sandal.

Senam khusus

   Sriana merasa keterampilan saja tak cukup bagi penderita kusta. Ia berinovasi dengan menciptakan senam khusus. Berbekal kemampuannya sebagai pelatih senam kebugaran pada kelompok ibu-ibu, ia mengolah beragam gerakan senam agar bermanfaat bagi penderita kusta. Butuh sekitar sebulan untuk menciptakan senam ini.
   Senam ini tak semata membangun kebersamaan dan memberikan hiburan, unsur kesehatan juga sangat diperhatikan. Sasarannya adalah melatih saraf pasien yang terganggu agar berfungsi kembali. Di sini kelelahan atau stres fisik yang bisa memicu reaksi amat dihindari.
   Seperti halnya senam kebugaran, senam kusta dimulai dengan pemanasan sebelum melakukan gerakan inti. Tujuannya mengatur pernapasan dan mempersiapkan tubuh. Setelah itu, pasien masuk pada gerakan inti guna melatih saraf mereka. Gerakannya, antara lain, gerakan tangan, jari tangan, dan kaki.
   Semua gerakan dilakukan perlahan dan hati-hati. Walaupun merupakan bagian dari terapi saraf, senam ini diiringi musik agar menyenangkan. Sriana memilihkan lagu pengiring senam yang menghibur dengan ritme lambat.
  "Terapi murni membuat pasien jenuh. Kalau (terapi) digabungkan dengan senam, mereka menjadi lebih rileks, terhibur, dan bersemangat. Kondisi psikologi penderita yang mengalami perasaan senang ini dapat membantu penyembuhan," ucap Sriana.
   Selain menangani kusta, ibunda dari Althaf Kansava Mashuri, Iqbal Safadhil Mashuri, dan Garneta Fabiana Mashuri ini juga menangani penderita tuberkulosis atau penyakit paru. Sukses menciptakan senam kusta memotivasi dia menciptakan senam TB.
   Salah satu kunci kekuatan Sriana adalah semangat untuk bermanfaat bagi sesama. Semangat ini pula yang membesarkan niatnya melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 Keperawatan. Dengan ilmu yang lebih tinggi, ia berharap bisa berbuat lebih banyak bagi orang-orang di sekitarnya.

Dikutip dari KOMPAS, RABU, 8 AGUSTUS 2012

1 komentar:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Mia.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 JUTA) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com dan miss Sety yang saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia dia juga mendapat pinjaman dari Ibu Cynthia baru Anda juga dapat menghubungi dia melalui email nya: arissetymin@gmail.com Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.

    BalasHapus