Kamis, 28 April 2011

Belajar Kimia Bersama Putu Sudibawa


DATA DIRI

Nama : I Putu Sudibawa
Lahir : Nusa Lembongan, Bali, 8 September 1973
Orangtua : I Made Nusa (60) dan Ni Wayan Ampiun (55)
Pendidikan :
- S 1 Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Buleleng, Bali,1996
- S 2 Manajemen Pendidikan Universitas Ganesha Singaraja, Buleleng, Bali, 2008
Penghargaan dan penelitian antara lain :
- Science is Fun dari Australiaan Education Centre, 2005
- SEA (Sains Education Award) dari Indonesia Toray Sains, 2006
- Guru Ajeg Bali dari Kelompok Media Balipost, 2008
- Penelitian dibiayai LIPI, 2006
- Penelitian dibiayai Citibank, 2008
- Penelitian dibiayai Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Mengajar Kimia siswa tingkat SMA di desa dengan peralatan seadanya, apa istimewanya? Itulah tugas yang dijalani I Putu Sudibawa, guru mata pelajaran Kimia di SMA 1 Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali. Bedanya, Sudibawa bisa membawa Kimia menjadi mata pelajaran favorit bagi para siswa. Kreativitasnya dalam mengajarkan pemahaman kimia dengan peralatan seadanya dari lingkungan sekitar sekolah membuat kimia disukai siswa.

Oleh AYU SULISTYOWATI

"Teman-teman, ayo semuanya harus bahagia hari ini!" inilah salah satu sapaan pertama Sudibawa seusai mengajak bersembahyang dan mengawali pelajaran Kimia kepada anak didiknya. Bahkan, ia pun tak segan menyapa murid-muridnya dengan sebutan teman dan mengajak mereka bernyanyi sebelum memulai belajar.
Kata "teman" itu sapaan yang dia harapkan menghilangkan sekat antara guru dan murid. Baginya, para murid adalah teman berbagi. Karena teman, pelajaran kimia sesulit apa pun harus dia sampaikan sedemikian rupa agar siswa tak merasa "terpaksa".
Ia bahkan berusaha membuat para murid "merindukan" kimia. Caranya mengajar membuat siswa SMA 1 Sidemen merasa mudah memahami bagaimana rumus rumit pelajaran kimia itu bekerja. Setiap hari Sudibawa menghabiskan waktu untuk memikirkan bagaimana ia bisa memanfaatkan dan memelihara alam, terutama yang berkaitan dengan kimia.

Tanpa manfaat

Suatu ketika pada 2005, guru Kimia yang berasal dari keluarga petani rumput laut Nusa Lembongan ini tertarik pada batu-batu padas yang tak terpakai, apalagi dimanfaatkan.
dalam waktu bersamaan, ia juga melihat limbah pewarna kain endek dibuang para perajin tanpa pengolahan. Sudibawa lalu menjadikan batu-batu padas itu sebagai media penyaring air limbah endek agar bening kembali.
"Batu padas yang ditumbuk bisa mengikat zat kimia dari air limbah dan menjadikan nya bening dengan beberapa kali penyaringan. Jika air tak lagi bisa bening, tumbukan batu padas bisa dijemur untuk dipakai lagi. Kami berusaha memanfaatkan alam untuk alam, tidak menyakiti alam," ujarnya.
Meski begitu, Sudibawa mengakui, ia belum bisa menjelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam air bening itu. Ia juga tak tahu apakah air jernih itu aman dikonsumsi manusia atau tidak. Inilah kekurangan hasil penelitiannya. "Saya tak kuasa meneliti lebih dalam karena keterbatasan laboratorium yang menunjang," ujarnya.
Meski terkesan sederhana penelitian yang ia beri judul "Integrasi Kegiatan Penenun Tradisional dalam Proses Pembelajaran Kimia" itu mengantarkannya menajdi juara pertama Sains Education Award (SEA) yang digelar Indonesia Toray Sains tahun 2006.
Penghargaan itu dia terima di Kantor Konsulat Jepang, Jakarta, bersama dengan hadiah uang Rp 17,5 juta.
"Saya mendapatkan informasi adanya lomba itu dari internet," kata pria yang indekos di Klungkung, sekitar 20 kilometer dari tempatnya mengajar, Sidemen.
Sidemen, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Denpasar belum tersentuh internet. Lagi-lagi sebab tak adanya dana.
"Bagaimanapun penghargaan ini menjadikan saya semakin bersemangat memotivasi murid, juga para guru, untuk tidak patah semangat. Agar mereka mau terus membuat penelitian. Saya semakin rajin mencari-cari di internet. apa pun lomba yang ada, saya informasikan kepada mereka," ujarnya tentang kondisi waktu itu.

Merelakan hadiah

Belakangan, sekolah tempatnya mengajar telah memiliki beberapa komputer yang dananya berasal dari bantuan operasional sekolah (BOS) senilai Rp 50 juta.
Sekolah itu juga sudah punya akses internet dari salah satu provider di Indonesia. Akses internet itu tersedia atas usaha sekolah dan dana dari Sudibawa. uang yang didapatnya dari memenangi salah satu penelitian, sekitar Rp 10 juta, dia relakan demi agar sekolahnya di Sidemen itu bisa memiliki komputer Pentium IV beserta akses internet.
SMA 1 Sidemen memang minim fasilitas. Ini menjadikan penelitian yang dilakukan para guru tak bisa maksimal. Di sekolah ini hanya ada dua ruang laboratorium, satu untuk kimia, biologi, dan fisika, serta ruang lain menjadi laboratorium komputer.
Ironisnya, ruang yang disebut laboratorium biologi, kimia, dan fisika itu nyaris tak layak disebut laboratorium. Di sini tak ada botol-botol untuk praktikum, hanya tersedia tiga patung anatomi tubuh dan beberapa mikroskop bantuan pemerintah daerah yang rusak.
"Kami sudah 'putus asa' untuk menyulap ruangan ini menjadi laboratorium yang layak. Untuk meminta perbaikan mikroskop yang sudah berumur 10 tahun, surat-surat yang kami kirim kepada Dinas Pendidikan Provinsi Bali tak pernah ditanggapi. Kami kasihan dengan siswa. Sudah tinggal di desa, eh fasilitas pun tak memadai untuk belajar," tuturnya.
Pria lajang yang murah senyum ini kemudian tak hanya mengajar Kimia. Caranya mengajar yang memudahkan murid memahami materi pelajaran membuat para siswa meminta dia juga mengajar mata pelajaran lain. Permintaan itu hanya dia tanggapi dengan senyum. Belakangan ini Sudibawa juga mengajar Teknik Informatika dan Komunikasi. Bersama Kepala Sekolah SMA 1 Sidemen Nyoman Suriti, dia juga membentuk Forum Ilmiah Guru.
Meski awalnya mendapat ejekan dari sebagian guru, forum yang di ketuai Sudibawa ini mendapat dana Rp 100.000 dari komite sekolah. hasilnya? Dari berbagai kegiatan yang dimotori forum ini, beberapa guru meraih penghargaan dari berbagai lomba di tingkat internasional, nasional, dan lokal.
Padahal, cerita Sudibawa, ia tidak pernah membayangkan bakal menjadi guru dan kecanduan meneliti dari bekal ilmu kimianya.
Berasal dari keluarga sederhana petani rumput laut di Nusa Lembongan, ia tekun belajar hanya karena ingin membuat orangtua bangga kepadanya.
"Tak terlintas untuk mencapai hal yang muluk meski kemudian saya jadi kecanduan meneliti. Saya hanya ingin membuat rumus-rumus kimia itu menarik, tak membosankan bagi para murid. Karena saya merasakan sendiri, bagaimana dulu waktu saya bersekolah, pelajaran Kimia itu sering terasa membosankan," kata sulung dari tiga bersaudara ini.

Dikutip dari KOMPAS, SENIN, 2 MARET 2009

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus