Rabu, 18 Juli 2012

Kaiman: "Duta Jamur" Asal Pasuruan

KAIMAN
Lahir: Pasuruan, 17 Agustus 1960
Pendidikan: Kelas II SMP
Istri: Husnia 
Anak:
- Hariyanto
- Neli Afandi
Pekerjaan:
- Pengusaha Jamur Tiram dan Jamur Kuping
- Ketua Paguyuban Jamur di Jawa Timur
Penghargaan:
- Penghargaan dari Provinsi Jawa Timur sebagai pembudidaya jamur dan 
  pemberdayaan masyarakat dengan jamur
- Sampoerna Award sebagai UKM jamur unggulan di Jawa Timur

Ketika situasi ekspor dalam negeri melesu, tidak demikian kondisinya dengan usaha kecil dan menengah jamur milik Kaiman. Dia adalah pengusaha jamur tiram dan jamur kuping asal Desa Bulukandang, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sudah sekitar dua tahun ini dia berhasil mengekspor jamur ke China dan Korea Selatan sebanyak 6 sampai 10 ton per bulan.

OLEH DAHLIA IRAWATI

"Sekarang ini saya juga sudah dikontrak oleh pembeli dari Korea (Selatan) untuk bisa menyetorkan 16 ton jamur per bulan. Padahal, saat ini saya baru mampu memproduksi 10 ton per bulan. Jadi, saya bertekad bisa menaikkan produksi hingga mencukupi permintaan tersebut," tutur Kaiman, pemilik usaha kecil dan menengah (UKM) jamur tiram dan jamur kuping dengan label Jatiman Food Pasuruan, beberapa waktu lalu.
     Kaiman juga sudah enam bulan ini menjadi tamu kehormatan di negara tetangga, Timor Leste. Dia diundang oleh menteri pertanian negara itu untuk melatih dan menularkan ilmunya kepada warga setempat. Dia diminta  untuk berbagi pengetahuan tentang membuat tahu dan tempe, beternak lele, membudidayakan jamur, serta sejumlah usaha agrobisnis lain.
    Kiprah Kaiman tidak hanya di luar negeri. Di dalam negeri, dia juga terus menularkan ilmunya dalam budidaya jamur kepada siapa saja yang meminta. Bahkan, belakangan ini dia fokus dalam upaya menjadikan desanya yang dahulu termasuk salah satu desa kekurangan agar meningkat menjadi produsen jamur.
     "Ini berawal dari tahun 2005. Ketika itu saya mengajukan pelatihan usaha ke Sampoerna bersama 20 tetangga di sini untuk budidaya jamur. Harapan kami ketika itu, untuk mewujudkan keberadaan desa jamur di Pasuruan. namun, seiring berjalannya waktu, banyak usaha yang rontok. Hanya tersisa tiga dari 20 peserta pelatihan itu yang sampai sekarang masih bertahan membudidayakan jamur," cerita Kaiman.
     Sekarang ini, meski tidak banyak warga di desanya yang membudidayakan jamur, Kaiman tetap bertekad mewujudkan desanya menjadi kampung jamur. salah satu upaya yang dilakukannya adalah mempekerjakan tetangga, saudara, dan kerabatnya dalam UKM jamur miliknya yang terus berkembang.
     Siapa saja orang di desanya yang menganggur dan mau bekerja diterima Kaiman dalam UKM jamur miliknya. Bahkan, bekas preman pun tidak ditolaknya. Untuk menjalankan usahanya, Kaiman sekarang dibantu sekitar 50 karyawan.
     "Saya ingin merangkul semua orang, tanpa terkecuali. Biarpun preman, kalau bisa diajak berusaha, saya tetap yakin selain membuat desa ini aman, cita-cita untuk mewujudkan kampung jamur juga bisa tercapai. Semakin banyak orang terlibat dalam usaha jamur, lama-kelamaan mereka  akan semakin mahir membudidayakan jamur secara perorangan," ujar suami dari Husnia ini.

Menjadi sopir

     Kaiman juga yakin, setiap orang pada dasarnya bisa menjadi pengusaha kalau mau bekerja keras. Dia lalu bercerita, dirinya pun awalnya bukanlah sosok yang dikenal orang. Tahun 1980-an Kaiman bekerja sebagai sopir truk jurusan Surabaya-Bali. Selama sekitar 10 tahun dia menekuni pekerjaannya sebagai sopir truk antarprovinsi tersebut.
     Setelah itu, Kaiman juga sempat berpindah kerja. Dia pernah menjadi sopir bus. Pekerjaan ini dilakoninya selama sekitar tiga tahun.
     Berikutnya, tahun 1999 sampai 2003 adalah masa kelam bagi Kaiman. Ketika itu situasi ekonomi Indonesia semakin susah. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia mengaku sempat menjadi preman.
     "Untunglah kemudian saya sadar. Saya tidak ingin anak dan keluarga saya 'makan' uang haram. Itulah sebabnya, pada 2005 saya mengajukan pelatihan budidaya jamur ke Sampoerna. Syukur alhamdulillah sampai sekarang usaha ini terus berkembang," ujarnya.
     Saat mulai merintis usaha, Kaiman harus berhadapan dengan banyak orang yang sinis terhadap produk jamur yang ditawarkannya. Masyarakat masih merasa khawatir bahwa jamur hasil budidaya Kaiman itu beracun dan tidak higienis. Ketika itu, karyawannya pun masih lima-tujuh orang termasuk dirinya.

Ditolak

     Meski berkali-kali ditolak, Kaiman tidak patah semangat. Ia terus menawarkan jamur hasil budidayanya dengan mengendarai sepeda motor dari kota ke kota, seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Tidak sekadar menjual, Kaiman juga memberikan resep masakan berbahan jamur. Upaya ini dilakukannya guna menarik minat pembeli yang bingung akan dimasak apa jamur tersebut.
     "Lama-kelamaan orang tahu bahwa jamur tidak beracun dan bisa diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi," ujar ayah dari dua anak ini.
     Pada 2007, permintaan jamur mulai booming. Kaiman tak lagi harus menjajakan jamur dengan sepeda motor dari kota ke kota. Permintaan jamur mulai datang sendiri.
    "Permintaan mulai banyak dan ketika itu pun saya sudah kewalahan. Bagaimana tidak, permintaan banyak sementara produksi saya belum banyak. Saya lalu mendatangi orang-orang yang mau membudidayakan jamur di sekitar desa. Saya ajari mereka bagaimana membudidayakan jamur dan saya pun ikut memasarkannya," ceritanya.
   Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang mau membudidayakan jamur dan Kaiman pun bisa memenuhi pesanan yang masuk.
Meskipun pasokan jamur mulai aman, tetap saja saya belum bisa memenuhi permintaan dari Korea Selatan," ujar Kaiman.
     Berawal dari membudidayakan jamur di lahan seluas 240 meter persegi, kini Kaiman memiliki lahan budidaya jamur seluas sekitar 5 hektar.
     UKM Jatiman Food Pasuruan miliknya mampu memasarkan baglog jamur atau media tanam jamur sebanyak 2.500 unit per hari ke pasar lokal, seperti Bali dan Kalimantan. Produksi jamur mentahnya mencapai 10 ton setiap bulan. Omzet yang diperoleh Kaiman pun bisa mencapai sekitar Rp 350 juta per bulan.
     Kunci berusaha itu adalah jujur dan kerja keras. Saya yakin, usaha ini akan terus berkembang," katanya.
     Jujur, maksud Kaiman, adalah tak memberikan produk yang mengecewakan konsumen. Apa yang telah dibicarakan dan disepakati bersama, itulah yang harus diberikan.
     "Kerja keras artinya kita tidak boleh merasa enggan. Kita harus turun langsung bekerja dan membuka jalan memasarkan produk," katanya.
   Dengan jamur, Kaiman mampu "merangkul" banyak orang. Ia memperkenalkan dan mengajarkan nilai kejujuran dalam berusaha. Dia bisa menunjukkan citra positif bangsa Indonesia di mata bangsa lain. Kaiman menjadi "Duta jamur" Indonesia.

Dikutip dari KOMPAS, KAMIS, 19 JULI 2012

2 komentar: