A'AK ABDULLAH AL-KUDUS
Lahir: Lumajang, Jawa Timur, 12 Oktober 1974
Pendidikan: Semester III Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Jawa Timur
Istri: Rida Fitria
Anak:
- Saka ALskar Mohammad
- Divine Zidny Khirsyk
- Soka Taqdis Adekesya
Kegiatan: Pendiri dan aktivis Laskar Hijau
Organisasi:
- Pendiri Yayasan Anak Adam, lembaga peduli pada persoalan anak, di Paiton,
Probolinggo, 1998
- Mendirikan Solidaritas Buruh Migran Indonesia (SBMI), organisasi advokasi
tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berbasis di wilayah Tapal Kuda Jawa
Timur dan Madura, 2000
- Mendirikan Sekolah rakyat Merdeka (sekolah alternatif) di sekitar Ranu
Klakah, 2005
Penghargaan:
- Satu Indonesia Awards dari Astra Internasional dan "Tempo" sebagai sosok
pencinta lingkungan, 2010
- Daun to Earth dari Wakil Gubernur Jawa Timur sebagai tokoh peduli
kelestarian lingkungan, 2011
Debit air di Ranu Klakah, Lumajang, Jawa Timur, terus menyusut. Pada 2005, penurunan debit air di Ranu Klakah sampai mencapai 5 meter. Ranu Klakah atau disebut juga Ranu Lemongan terletak di Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
OLEH DAHLIA IRAWATI
Air Ranu Klakah yang biasanya melimpah kala itu sudah tidak bisa mengairi saluran irigasi pertanian di sekitarnya. Dari semua 32 mata air yang ada di sekitar Ranu Klakah atau danau tersebut, ketika itu hanya tersisa 6 mata air. Tanda-tanda kerusakan alam mulai terasa setelah maraknya penjarahan hutan tahun 1998-2002.
Kondisi itulah yang membuat A'ak Abdullah Al-Kudus, salah satu pemuda di Desa Klakah, tergerak untuk menanami kawasan di sekitar Ranu Klakah dengan pepohonan. Upaya menanami kawasan di sekitar ranu tersebut dilakukannya pada 2005 itu juga.
Meski sudah tiga tahun berlalu, A'ak merasa belum ada perubahan terhadap debit air di Ranu Klakah. Maka, upaya menanam pohon diperluasnya hingga ke wilayah Gunung Lamongan yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai Gunung Lemongan.
Upaya A'ak menanami wilayah sekitar ranu dan Gunung Lemongan itu diharapkan mampu menahan dan mempertahankan debit air di danau yang mengairi sekitar 620 hektar areal sawah petani di Kecamatan Klakah, Lumajang.
"Ranu Klakah perannya sangat vital untuk pertanian warga di Kecamatan Klakah. Kalau sampai ranu tersebut mengering, tak ada lagi airnya, lalu dari mana warga Klakah akan bergantung hidup?" ujar A'ak, Senin (23/7), di Lumajang.
Bukan itu saja, kelestarian Gunung Lemongan juga diyakini A'ak akan menjamin kelangsungan hidup 12 ranu yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang dan Probolinggo.
Tidak hanya menanami pohon di sekitar ranu dan Gunung Lemongan, pada 2008 A'ak juga menyatukan para sukarelawan peduli penghijauan di Gunung Lemongan menjadi organisasi Laskar Hijau.
Organisasi nirlaba itu memiliki agenda utama menghijaukan Gunung Lemongan setidaknya setiap hari Minggu. Organisasi Laskar Hijau, A'ak menambahkan, juga tidak berafiliasi dengan partai politik atau organisasi tertentu yang memiliki nama sama atau hampir sama.
Sukarelawan Laskar Hijau umumnya adalah petani yang tinggal di sekitar Gunung Lemongan, seperti warga Desa Salak di Kecamatan Randuagung, Desa Sumberwringin di Kecamatan Klakah, Desa Sumber Petung di Kecamatan Ranuyoso, dan Desa Klakah di Kecamatan Klakah.
Mereka adalah orang-orang yang secara sadar tergerak untuk mengikuti gerakan menanam pohon yang dipelopori A'ak. Jumlah sukarelawan Laskar Hijau sekarang 20-25 orang. Mereka dengan sukarela mengeluarkan ongkos dari kantong pribadi untuk membiayai setiap kegiatan penanaman pohon di kawasan Ranu Klakah dan Gunung Lemongan.
Memulung
Dari mana sukarelawan Laskar Hijau mendapat bibit pohon yang akan ditanam di wilayah Ranu Klakah dan Gunung Lemongan? Ternyata mereka mendapatkan bibit-bibit pohon itu dengan cara memulung biji buah-buahan di banyak tempat, seperti pasar atau warung. Biji buah-buahan yang berhasil dikumpulkan tersebut kemudian disemaikan.
"Misalnya di Pasar Ranuyoso, Kecamatan Ranuyoso, biasanya banyak kami temukan biji buah durian, avokad, rambutan, dan nangka yang dibuang orang begitu saja. Kami lalu mengambilnya untuk disemaikan dan nantinya bisa kami tanam kembali," ujar A'ak yang selain menjadi sukarelawan Laskar Hijau juga memiliki bisnis di bidang televisi kabel.
Selain itu, Laskar Hijau juga menjalin kerja sama dengan sekolah dan masyarakat untuk mencari bibit tanaman. "Kami biasanya menyumbangkan polybag-nya, sedangkan pihak sekolah yang kemudian meminta siswa-siswinya untuk mengumpulkan biji buah-buahan dari sejumlah tempat," katanya.
Menurut ayah tiga anak ini, biji buah-buahan yang dikumpulkan para siswa tersebut mereka semai dan tanam sendiri di kawasan Ranu Klakah dan Gunung Lemongan.
Jenis pohon yang dipilih A'ak untuk penghijauan umumnya adalah pohon bambu dan tanaman buah. Pohon bambu dipercaya mampu menyumbang oksigen sebanyak 82 persen sehingga dapat menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik. Sementara tanaman buah diharapkan mampu memberikan nilai ekonomi lebih bagi warga setempat.
Kebakaran hutan
Gerakan menghijaukan Ranu Klakah dan Gunung Lemongan hingga kini diakui A'ak baru bisa menghijaukan sekitar 400 hektar dari 6.000 hektar lahan kritis di kawasan ini.
"Mungkin masih 20-30 tahun lagi kami baru bisa menanami seluruh lahan kritis di sini. Namun, kalau tidak pernah kita lakukan, apa bisa lahan kritis itu berkurang dengan sendirinya?" tutur A'ak.
Meski baru sebagian kecil dari areal lahan kritis yang bisa ditanami, hasil upaya mereka selama ini telah dirasakan warga setempat. Debit air Ranu Klakah mulai membaik. Meski dari semula 32 mata air dan kini yang tersisa hanya 6 mata air, debit air yang keluar sudah membesar.
Menurut A'ak, ancaman gundulnya hutan di Gunung Lemongan kini bukan dari aktivitas penjarahan hutan, melainkan akibat kebakaran. Hampir setiap tahun ada saja areal hutan di Gunung Lemongan yang terbakar. Tahun lalu, 100 hektar hutan di kawasan itu terbakar.
"Biasanya penyebab kebakaran itu adalah kelalaian manusia. Warga di bawah gunung membakar lahan untuk pertanian. Mereka tidak sadar kalau api bisa merembet ke atas hingga ke Gunung Lemongan," ujarnya.
Bagi A'ak, gunung Lemongan adalah gantungan hidup banyak orang. Bukan saja warga Kabupaten Lumajang yang bergantung pada gunung itu, melainkan juga warga Kabupaten Probolinggo.
Begitu bergantungnya warga pada gunung berapi ini, penghijauan di kawasan tersebut bagi mereka amat penting. Selama Laskar Hijau masih menjaga Gunung Lemongan, itu berarti masih ada harapan Lemongan akan tetap hijau......
Dikutip dari KOMPAS, RABU, 1 AGUSTUS 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar