Minggu, 13 Maret 2011

ALBUM BARU : Artefak Baru The Beatles


THE BEATLES

John Lennon (1940-1980)
Paul McCartney
George Harrison (1943-2001)
Ringo Starr

Tanggal 9 September mendatang The Beatles merilis seluruh 13 album resmi yang untuk pertama kalinya di-remastered secara digital yang bertajuk The Beatles. Anda dapat menikmati mutu suara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan mendengarkan album-album mereka versi piringan hitam yang mendesis atau yang versi CD yang dirilis tahun 1987 yang terlalu steril.

Oleh BUDIARTO SHAMBAZY

Menurut seorang ahli sejarah The Beatles, Matt Hurwitz, penggemar pasti akan terpuaskan mendengarkan box set baru ini. "Mereka yang pendengarannya kurang sensitif dan yang terbiasa mendengarkan MP3, misalnya, akan menikmati kualitas suara yang drastis. Kita akan mendengarkan mutu rekaman yang paling dekat dengan versi stereo dan mono yang diproduksi tahun 1960-an," kata Hurwitz.
Seorang pakar The Beatles lainnya, martin Lewis, menyebutkan rilis ini mengakhiri sebuah penantian panjang. "Tak sedikit pencinta The Beatles merasa frustasi karena Apple, label mereka, bereaksi amat lambat terhadap tuntutan pasar. Untungnya box set ini disajikan secara pas, tidak terlalu mewah, seperti yang dirilis The Who atau Elvis Presley, misalnya," kata Lewis.
Untuk box set versi mono ada 10 album (dalam 12 CD) dalam bentuk replika CD yang berbentuk piringan hitam (PH), tetapi seukuran CD. Anda tak akan mendapatkan Yellow Submarine, Abbey Road, dan Let It Be karena ketiga album ini sudah tak direkam dalam versi mono lagi. Lagi pula, Apple tidak akan menjual box set mono ini secara terpisah (ketengan) karena nilai kolektabilitasnya yang tinggi.
"Ini langkah yang cerdik karena penggemar yang ingin mendengarkan versi mono pasti mau memiliki semua album. Versi mono ini untuk penggemar fanatik seperti saya yang ingin mendengarkan The Beatles seperti dulu. Kami belum punya pemutar PH stereo tahun 1963. itu sebabnya mereka merilis versi mono, kami akhirnya bisa menikmati kembali masa manis saat itu," tambah Hurwitz.
Salah satu contohnya, menurut Hurwitz yang sudah mendengarkan box set ini, bunyi cabikan bas Paul McCartney saat koda lagu "Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band (Reprise)", suara bas itu "terpendam" di versi PH karena sengaja ditekan untuk mencegah jarum pemutar meloncat-loncat. Di versi CD suara itu nyaris tak terdengar. Nah, di versi mono keaslian cabikan bas merek Hofner milik McCartney terdengar amat jelas.
Keaslian paket PH ketika dijual tahun 1960-an, seperti bungus dalam pelat atau aspek-aspek astristik lainnya, tetap dipertahankan. Khusus untuk versi mono ini dirilis pula edisi terbatas yang dinomori sampai 10.000 keping. Untuk box set versi stereo terdapat 13 album studio serta album Past Masters (1988) dan juga disajikan dalam bentuk replika CD. Dan, untuk kedua jenis box set tersebut ada bonus-bonus berupa dokumenter dalam bentuk multimedia yang dapat dimainkan di komputer anda.
Perjuangan pemindahan lagu-lagu The Beatles dalam format analog ke digital ini dimulai empat tahun lalu oleh sejumlah teknisi studio di Abbey Road. sekali pun pita-[ita master itu masih sempurna meski lem yang mengikat simpul-simpul pita sudah mengering sehingga segmen-segmen di dalam pita mulai terpisah. "Kami agak frustasi ketika mendengarkan pita rekam album 'Please Please Me', agak susah mengeditnya," ujar seorang teknisi, Guy Massey.
Setelah proses pemindahan selesai, para teknisi menghapus bunyi-bunyi yang mengganggu sehingga digital files bersih. "Beberapa teknisi berkeras bunyi-bunyi itu dipertahankan demi keaslian rekaman. Saya tak setuju. Bunyi-bunyi itu masuk ke pita karena kelemahan teknologi tahun 1960-an. kami bertugas memperbaikinya," kata teknisi lainnya, Allan Rouse. Misalnya, ada bunyi kursi berderit saat akhir nomor "A Day in the Life". "Jika teknologi saat itu sudah memadai, The Beatles pasti membuang bunyi yang mengganggu itu," lanjutnya.
Para yeknisi jarang memanfaatkan apa yang di dalam teknologi studio rekaman disebut limiting, yang bertujuan membuat volume akhir rekaman terdengar lebih keras. hanya lima dari 525 menit musik The Beatles yang volumenya terpaksa dibuat lunak (denoising technology). Artinya, penggemar bisa menikmati alunan suara yang lebih subtil, cerah, hangat, dan terinci.

Artefak dan bubar

Pasar mencium rekaman baru The Beatles ini akan laris manis seperti pisang goreng, setidaknya mengulang fenomena penjualan dan popularitas album Love yang dirilis Desember 2006. Love kumpulan montase lagu-lagu The Beatles yang dirangkai oleh produser legendaris mereka, George Martin, dan anaknya, Giles Martin. Love merupakan judul pertunjukan sirkus modern oleh Cirque du Soleil yang sukses besar saat dipentaskan tiap hari di Las Vegas, Amerika Serikat.
Love ternyata meroket ke urutan album pertama di Inggris. Dan, album The Beatles yang dirilis pada 9 September ini pasti mengulang sukses Love. Padahal bisinis musik global sedang mencapai titik nadir dalam 20 tahun terakhir. Label kehilangan keuntungan dan artis, penjualan CD terus turun akibat pembajakan dan digitalisasi ala iTunes, dan artis pun tinggal mengandalkan konser sebagai sumber penghasilan utama.
Hanya artis-artis teratas yang mengandalkan penjualan album dan, ironisnya, dua artis teratas tersebut sudah tidak berkarya lagi: Michael Jackson dan The Beatles. Sampai saat ini Jackson menjual lebih dari 750 juta keping (PH, CD, dan kaset), diikuti The Beatles yang lebih dari 300 juta keping. Bedanya, seperti diungkapkan jajak pendapat CNN belum lama ini, The Beatles lebih populer di berbagai tingkatan usia dibandingkan dengan Jackson.
The Beatles populer setidaknya di tiga generasi. Remaja tahun 1960-an dan 1970-an membeli PH The Beatles, anak-anak mereka yang lahir diatas tahun 1970-an menikmati musik The Beatles melalui format CD, cucu-cucu mereka yang lahir diatas tahun 1990-an memilih format iTunes. Semua membutuhkan artefak The Beatles untuk dinikmati, disimpan, an dikenang sampai akhir zaman. Artefak itulah yang tetap akan dikejar oleh generasi pertama dan kedua.
Dan, kharisma John Lennon, McCartney, George Harrison, serta Ringo Starr memang mendukung. Berbagai institusi selama puluhan tahun terakhir menobatkan Lennon sebagai vokalis dan duet Lennon/McCartney sebagai komposer/penulis lirik terbaik dalam sejarah musik. Jangan dilupakan juga, masing-masing mencatat prestasi lumayan sebagai artis solo sampai Lennon dan Harrison tutup usia dan sampai saat ini yang dilakukan McCartney sert Starr.
Ada 13 album resmi The Beatles selama berkarier: Please Please Me (1963), With The Beatles (1963), A Hard Day's Night (1964), Beatles For Sasle (1964), Help! (1965), Rubber Soul (1965), Reolver (1966), Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band (1967), Magical Mystery Tour (1967), The Beatles (The White Album) (1968), Yellow Submarine (1969), Abbey Road (1969), dan Let It Be (1970). Ini belum termasuk kompilasi, single, EP (extended play) yang diterbitkan di mancanegara, dan bootlegs.
Secara musikal, The Beatles terbagi atas empat periode: periode poppish sampai album Rubber Soul, periode transisi ketika mereka memproduksi Revolver, periode psikedelik saat merilis Sgt Pepper's serta Magical, dan periode rock sejak The White Album sampai Let It Be. Sebetulnya, album terakhir mereka adalah Abbey Road karena Let It Be, yang dirilis setahun setelah Abbey road, diproduksi sejak akhir 1968 sampai sekitar medio 1969.
Terlalu banyak sudah buku yang mengulas berbagai aspek sejarah The Beatles, termasuk mengapa mereka sampai bubar. Tanda-tanda keretakan sudah terjadi sejak manajer legendaris yang menyatukan mereka, Brian Epstein, tutup usia tahun 1967. The Beatles seperti anak-anak ayam kehilangan induk karena tak satu pun menguasai manajemen bisnis musik. Tak heran aspek bisnis menjadi salah satu sumber keretakan.
Sumber kedua, kehadiran Yoko Ono yang dominan saat proses pembuatan The White Album. Ono diizinkan masuk ke studio saat The Beatles merekam, hal tabu yang tak berani dilanggar siapa pun. Sumber ketiga, keputusan Starr mengundurkan diri saat pembuatan The White Album dan Harrison saat pembuatan Let It Be. Meski mereka dibujuk bergabung kembali, harmoni sudah terganggu.
Dan, sumber terakhir adalah kesadaran bahwa mereka harus bubar karena The Beatles justru membatasi ruang gerak kreativitas masing-masing. Pengakuan ini memang datang belakangan, namun benar adanya. Jika masih bersama The Beatles, Lennon belum tentu menghasilkan "Imagine", Harrison juga belum tentu menulis "My Sweet Lord", dan McCartney mungkin kehilangan potensi sebagai multiinstrumentalis sekaligus produser andal. (AP/USA TODAY)

Dikutip dari KOMPAS, JUMAT, 4 SEPTEMBER 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar