Senin, 17 Januari 2011

Pelestari "Dolanan" di Lereng Ungaran


BIO DATA
Nama : Yossiady Bambang Singgih
Lahir : Kendal, Jawa Tengah, 28 Oktober 1954
Istri : Ni Putu Indah Utami (55)
Anak : R Guntur Prabawa Kusuma (28)
Pendidikan : STM Pembangunan Semarang, 1979
Pekerjaan :
- Staf Kanwil Departemen Transmigrasi Jateng, 1982-2000
- Staf Tramtib Kecamatan Ungaran, 2000-2002
- Staf Dinas Perhubungan, 2001-2002
- Staf Protokol Setda Kabupaten Semarang, 2002-2005
- Staf Radio Serasi Kabupaten Semarang, 2005-2006
- Staf Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, 2006-kini
Penghargaan :
- PenyuluhTeladan I Tingkat Nasional Tahun 1991
- Motivator Teladan I Tingkat Nasional Tahun 1993
- Penggerak Swadaya Masyarakat I Tingkat Nasional 1995

"Arum lan kuncaraning bangsa gumantung marang budi pekerti lan kabudayane" (kemilau bangsa terletak pada budi pekerti dan kebudayaannya)

Oleh ANTONY LEE

Sebagian kenalannya memberikan julukan "pendekar budaya" dari lereng Gunung Ungaran kepada Yossiady Bambang Singgih. Bukan karena ia ahli silat. Julukan itu muncul dari sepak terjangnya membangun Yoss Traditional Center, wadah pelestarian seni budaya dan aneka permainan anak. Modalnya hanya nekat dan secarik surat keputusan pengangkatan pegawai negeri sipil atau PNS.
Yoss Traditional Center (YTC) terletak di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Dusun Suruhan, Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.. Sekitar 26 kilometer dari Kota Semarang. Udara di wilayah ini sejuk dengan nuansa khas pedesaan yang menyajikan harmoni gemerisik dedaunan yang dihempas angin dan suara kicau burung.
Di atas tanah kas Desa Keji seluas 1.000 meter persegi, YTC menampilkan seni budaya lokal masyarakat setempat, berikut aneka dolanan atau permainan anak. Di sini terdapat deretan pesanggrahan bambu, panggung utama yang dilengkapi seperangkat gamelan slendro, serta sejumlah warung yang juga dibalur konsep serba bambu.
Pengunjung yang mendatangi YTC mendapat sajian aneka atraksi yang diawali pertunjukan kuda debog, sejenis kuda lumping yang terbuat dari pelepah pisang. Ada pula permainan bekelan, teklek, sprinto karet, egrang, dakon, gangsingan, serta gamelan. Sebagian besar penampil merupakan anak-anak dari Dusun Suruhan.
"Kami mencoba mengadopsi konsep yang diusung di Bali Classic Center dan Saung Angklung Udjo di bandung. Pengunjung ditawarkan atraksi budaya setempat," tutur Yossiady
Ia sengaja memilih dolanan anak sebagai fokus utama YTC karena tergelitik fenomena semakin langkanya permainan tradisional. Anak-anak masa kini lebih mengenal game, playstation, atau televisi yang banyak mengajarkan sifat individualis, bahkan sering kali pula menampilkan kekerasan.
Padahal, permainan tradisional mengajarkan anak-anak nilai sosial sejak dini. Dakon, misalnya, menanamkan sifat tekun, kebersamaan, dan kejujuran, sedangkan egrang melatih keseimbangan tubuh serta koordinasi otak kiri dan kanan anak. Di YTC, pengunjung tak sekadar melihat, tetapi juga diajak turut serta mencoba dan kembali "berdamai" dengan permainan masa kanak-kanak.
Hal itu dilakukan Om Yossi, panggilannya di YTC, untuk memenuhi lima unsur yang harus dipunyai ssetiap tempat wisata. Kelima unsur itu adalah apa yang akan dilakukan wisatawan, apa yang dilihat, apa yang dirasakan, apa yang dibeli, serta kenangan mereka. Dia yakin, jika kelima unsur itu terpenuhi, pengunjung akan datang ke YTC.

Mengagunkan SK pegawai

Upaya Om Yossi membentuk YTC bukan tanpa kesulitan. Sebagai PNS di Kabupaten Semarang, kemampuan ekonominya relatif sedang saja. Rumah tinggalnya pun baru dua tahun terakhir ini bisa ia miliki. Sebelumnya ia menempati rumah dinas yang disediakan Pemerintah kabupaten Semarang.
Ia "hanya" mempunyai semangat, konsep, kenekatan, dukungan warga,, dan surat keputusan (SK) pengangkatan dirinya sebagai pegawai negeri sipil.
SK PNS itulah yang dijaminkannya pada salah satu bank untuk mendapatkan modal membeli seperangkat gamelan slendro bekas seharga Rp. 8 juta. Setiap bulan gajinya dipotong untuk membayar pinjaman bank tersebut. Utang itu baru akan lunas menjelang masa pensiunnya setahun mendatang.
Ketertarikan Om Yossi terhadap kesenian dolanan anak-anak itu muncul ketika ia ditugaskan sebagai staf pada Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang awal 2006. Selama dua bulan pertama ia memetakan potensi wilayah Kabupaten Semarang. Dalam pencarian itu, ia sampai ke Dusun Suruhan, Desa Keji. Ia jatuh hati menyaksikan warga yang ramah dan memiliki akar tradisi kuda kepang sampai tiga generasi.
Di desa itu terdapat kelompok seni kuda kepang yang dimainkan tiga generasi dalam keluarga, yakni sang kakek, ayah, hingga cucu. Kondisi itu di matanya "ibarat emas 24 karat yang kurang 1 karat, alias sekarat", meskipun semangat warga desa itu begitu besar untuk melestarikan budaya lokal tersebut.
Sejak itulah Om Yossi dan warga setempat mencoba menawarkan paket wisata sehari dengan titik berat atraksi kuda kepang tiga generasi dan permainan tradisional. Pertunjukan itu mendapat respons relatif baik.
Sekali tampil, pengunjung yang berpartisipasi mencapai lebih dari 100 orang. Mulai tahun 2007 dia mencetuskan ide membentuk wadah berupa YTC. Belakangan YTC tidak lagi mengusung konsep wisata sehaari, tetapi membuat atraksi tetap setiap Minggu mulai pukul 10.00.

Berdayakan masyarakat

Menurut Om Yossi, YTC dapat berjalan dengan baik karena memberdayakan masyarakat setempat. Sekitar 90 warga yang rumahnya berada di sekitar YTC memegang peranan penting.
Sebagian dari mereka ada yang jadi penampil, ada pula yang menjual aneka suvenir maupun makanan khas, seperti getuk tetek melek dan pecel gablok. Pengamanan perangkat penampil dan pemeliharaan juga dilakukan warga setempat.
"Biaya operasional YTC didapat dari saweran para pengunjung. Uang itu dipegang warga setempat dan dibagikan kepada mereka yang terlibat setiap dua bulan," tuturnya.
Dengan model pemberdayaan seperti itu, selain melestarikan tradisi budaya lokal, warga juga bisa menikmati manfaat ekonomi sektor pariwisata. Om Yossi mengaku tak mendapat bagian dari bagi hasil saweran itu. Dia meyakini, masyarakat yang kehilangan kebudayaan mereka akan kehiangan jati diri sehingga perlu diberdayakan.
Bagi dia, menyaksikan tradisi lokal bisa terus hidup, serta senyum ceria anak-anak yang tampil di YTC, merupakan bayaran paling tinggi nilainya.
"Di sini sudah pasti saya enggak bisa kaya, tetapi saya memang tidak menghitung berapa banyak uang yang habis," ungkapnya sambil tertawa.
Namun, dia mengaku beruntung karena istri dan anak tunggalnya bisa menerima kondisi tersebut karena mereka pun mencintai seni budaya. Upaya Om Yossi juga mendapat dukungan dari mereka yang mencintai seni tradisi. Ada orang yang menyumbangkan rumput dan pohon untuk menyejukan YTC, ada pula seniman yang membuatkan patung Naga Baruklinting yang lekat dengan mitos pembentukAn Rawapening di Kabupaten Semarang.
Setelah kegiatan di YTC berjalan, Om Yossi ingin membuat museum dan perpustakaan mainan anak-anak di YTC. Sama seperti ketika mulai mendirikan YTC, ia yakin dengan semangat warga setempat, impian itu segera terwujud.

Dikutip dari KOMPAS, SENIN, 1 JUNI 2009

2 komentar:

  1. Apakah Anda perlu pinjaman tanpa jaminan untuk mendirikan sebuah bisnis atau pinjaman untuk renovasi dan banyak lagi, pencarian tidak lebih, kami adalah perusahaan yang sah dan bersedia untuk meminjamkan jumlah yang Anda ingin meminjam dan membuat tahun ini yang berhasil untuk Anda. Mohon mengisi data pinjaman ini di bawah ini dan menghubungi kami melalui email perusahaan kami: gloryloanfirm@gmail.com.
    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    BalasHapus
  2. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus